Cari Blog Ini

Minggu, 31 Desember 2017

Resolusiku; 2018 Semoga Lebih Baik!

 2018 sudah di depan mata. Tinggal menghitung jam, Desember kelabu akan segera berlalu. Apakah diri ini sudah siap menyambut tahun baru dan seperti tahun-tahun sebelumnya, dengan segala resolusinya? Padahal resolusi tahun silam pun rasanya belum sepenuhnya tercapai. Lebih banyak yang terlupakan malah.

Namun, tak ada salahnya juga membuat resolusi kan? Anggap saja sebagai motivasi dan harapan yang kelak menjadi pemantik semangat mengerjakan apa yang sudah ditargetkan. Hidup akan lebih hidup kalau kita tahu apa yang kita tuju, entah itu rencana jangka pendek, menengah atau panjang.

Baiklah, kini saya bukan lagi anak remaja yang targetnya hanya seputar apa yang saya suka. Saya akan mencoba membuat resolusi untuk mereka yang ada di sekitar saya juga. Bismillah.

1) Resolusi Sebagai Pribadi
Saya harus menyadari dulu, bahwa saya tetaplah saya. Punya target dan hasrat pribadi. Ingin melakukan banyak hal yang bersesuaian dengan passion saya. Itu semua agar menjaga diri saya tetap bahagia. Sebab bagaimana orang di sekitar saya akan bahagia kalau diri saya sendiri tidak bahagia?

Adapun resolusi pribadi saya adalah:
- Menulis sebuah novel
- Menjadi penulis skenario
- Rutin mengisi buku harian
- Rutin menulis opini di koran


Semoga bisa terlaksana. Biarlah sedikit tetapi konsisten untuk dikerjakan

2) Resolusi Sebagai Istri
Saya adalah seorang istri, juga ingin meningkatkan kapasitas diri untuk menjadi lebih baik. Meski sudah menikah selama delapan tahun, rasanya belumlah cukup untuk bisa disebut sebagai istri yang baik. Banyak kekurangan di sana sini yang masih perlu untuk ditambal, dijahit, supaya masih bisa layak untuk dipakai sebagai pakaian yang baik.

Untuk itu, resolusi saya sebagai istri adalah:
- Lebih patuh pada suami
- Lebih hormat pada suami
- Lebih bisa menyenangkan suami.
- Lebih bisa menghargai segala usaha suami. Sebab hubungan yang rusak itu dimulai bukan dari hilangnya rasa cinta, tapi hilangnya penghargaan atas diri pasangan.

3) Resolusi Sebagai Ibu

Saya seorang ibu berputra tiga. Mereka tentu saja sangat membutuhkan kasih sayang seorang ibu. Maka, saya berharap:
- Bisa menjadi ibu yang banyak tersenyum kepada anak-anak
- Mengurangi sifat pemarah
- Lebih banyak meluangkan waktu bermain bersama anak-anak
- Mendongeng secara rutin setiap menjelang tidur.
Sebab dongeng dan bermain adalah dunia anak yang sangat disukai. Tak ada anak yang menolak dongeng dan permainan. Semoga saya bisa lebih baik lagi.

4) Resolusi Sebagai Guru

Selain sebagai istri dan ibu, saya juga seorang guru. Saya ingin di tahun 2018 bisa:
- Menjadi guru berintegritas yang menyemaikan benih-benih integritas ke dalam diri anak didik.
- Menjadi guru yang amanah.
- Menghasilkan karya yang berkaitan dengan dunia pendidikan.
- Rutin mengupdate tulisan inspiratif tentang pendidikan dan pengajaran.
- Menjadi guru yang sabar, ikhlas dan tulus.


5) Resolusi Sebagai Anggota Komunitas
Ini masih ada kaitannya dengan resolusi pribadi, sebab berkomunitas adalah salah satu bagian dari kebahagiaan diri saya. Sebab dengan berkomunitas, saya bisa berkarya dan bersinergi dengan teman-teman lain yang satu visi misi dengan saya. Untuk itu, saya ingin:
- Lebih serius menjalankan peran saya sesuai tugas yang diamanahkan kepada diri saya.
- Siap memimpin dan dipimpin dengan baik
- Mau belajar lagi dan lagi tanpa henti
- Berbagi inspirasi kepada anggota komunitas, saling belajar dengan semangat.
- Tentu saja, kegiatan berkomunitas tidak boleh bertentangan dengan tugas utama saya sebagai istri dan ibu.




Semoga, resolusi ini bukan hanya tulisan yang terpajang, tetapi bisa menjadi penyemangat di kala diri lupa akan tugasnya sebagai manusia yang memilih untuk bahagia. Ya, ketika kita seimbang menjalani peran sebagai diri pribadi, sebagai istri dan ibu serta sebagai anggota komunitas maka sesungguhnya kita sedang menyeimbangkan kehidupan kita. Sebab dengan berkomunitas, kita sebenarnya sedang mengajak lebih banyak orang untuk berbuat kebaikan. Dan sifat kebaikan itu adalah bertambah dan berantai. Bila kita berbuat baik kepada orang lain, maka bisa jadi anak cucu kita yang kelak akan memanen kebaikan entah dari mana saja, terserah Allah menurunkannya dari pintu yang dikehendakinya. Kita manusia, hanya bisa berusaha untuk berbuat lebih baik, kepada orang lain, juga kepada diri sendiri.
Wallahu a'lam

Mini Waterboom Ranca Tales; Liburan Murah Meriah





“Kalau Aa Fatih sudah hafal An-Naba, hadiahnya boleh ke kolam renang.” Itulah janji yang kami berikan. Maka Aa mulai menghafal ayat demi ayat dalam surat tersebut. Awalnya berat, tapi mulai semangat lagi sejak liburan ini. Akhirnya bisa hafal dalam seminggu liburan.

Tujuan kami ke Waterboom Mini Ranca Tales. Di mana itu? Kata tetangga saya, ini kolam renang baru. Lokasinya memang agak jauh dari jalan raya. Ranca Tales, dekat dengan SD Ranca Tales dan SDIT Insantama. Kalau dari Jalan Raya Cilegon, turun di SMK Pertanian, lalu masuk ke arah Ranca Tales sekira 700 meter lah.



Bagian depannya adalah sebuah rumah yang tampaknya sedang dibangun. Kami memasuki area kolam renang yang tak seberapa besar, tapi ada beberapa kolam mulai dari yang paling dangkal sekitar 20 cm, sampai yang paling dalam 175 cm. Banyak juga perosotannya. Yah namanya juga mini waterboom jadi wajarlah kalau kolamnya kecil-kecil, wahananya tidak terlalu banyak. Yang penting anak-anak seneng main air, hehehe.


Area kolam berada di dekat sawah. Jadi, pemandangannya asri dan alami sekali. Selain itu, kolamnya bersih tanpa kaporit seperti yang biasanya ada di kolam renang biasa. Beberapa kali tertelan air, rasanya layaknya air biasa.
Oya, tiket masuknya juga terjangkau. Untuk dewasa 15.000, untuk anak di atas lima tahun dikenai biaya 12.000. Murah meriah kan?
Jajanannya juga murah, bahkan bisa lebih murah lagi kalau bawa bekal dari rumah. So, liburan gak harus mahal kan?



Rabu, 20 Desember 2017

Wisata Pantai Goa Langir Malingping



Pantai Sawarna, sudah cukup lama menjadi target kunjungan para santriwati Salsabila. Akhirnya kesampaian juga bisa menjejakkan kaki ke sana.

Diawali dengan kunjungan ke rumah santriwati asal Pandeglang, lalu menginap semalam di rumah Ustadz Taufik pada hari Sabtu, maka hari Ahad kami menuju Sawarna. Start dari rumah pukul 09.00 WIB, melalui jalan yang tidak mudah. Ya karena rute satu-satunya yang dilalui itu jalannya berkelok-kelok, naik turun sampai agak curam yang membuat kami banyak berdoa semoga mobil yang kami naiki bisa melaluinya dengan baik.

Pemandangan indah sepanjang jalan, di sisi kiri pegunungan yang serba hijau, di sisi kanan sudah tampak pesisir yang lautnya indah dengan ombak yang tampak besar. Pantai Bayah memang terkenal dengan ombaknya yang fantastis. Namanya saja Laut Selatan. Ini satu garis lurus dengan Pantai Pelabuhan Ratu.

Ada pabrik semen Merah Putih di atas laut Pantai Selatan ini. Tampak kapal-kapal hilir mudik di pelabuhan khususnya.


Semakin mendekati area pantai tujuan kami, jalanan semakin sempit, curam dan agak remang. Tanjakan dan turunannya bikin resah. Khawatir gak ketanjak aja nih mobil. Hihi.... Lalu ada monyet-monyet di pinggir jalan. Hmm... Kasihan ya mereka. Pasti heran deh daerahnya jadi banyak dikunjungi manusia.

Nah uniknya pantai Selatan Bayah ini, dikelilingi tebing karang yang begitu kokoh, jadi kita bisa duduk di saung-saung sepanjang jalan, sambil memandang pemandangan lautan luas dan pegunungan hijau. Menyenangkan sekali kan?


Oke, sampailah kami di salah satu pantai di kecamatan Bayah. Kami memilih Pantai Goa Langir. Tarif masuk per orangnya murah, Cuma Rp.5.000. Ini sifatnya tidak resmi sih, hanya ada pemuda-pemuda lokal yang menjaga di depan gerbang masuk.



Suasananya sepi. Ada beberapa penginapan dengan tarif antara 250.000-500.000 per malam. Saat kami datang, kebetulan sedang musim hujan jadi banyak sampah-sampah daun dan ranting  di pantai yang pasirnya putih lembut seperti di Parangtritis.


Para santriwati langsung menuju pantai. Halaqah Tahfidz dan Inspirasi Spesial persis di pinggir laut. Dengan latar suara debur ombak dan angin laut pesisir, menjadikan suasana baru yang menyegarkan. Sayang sekali, baru sebentar bermain, hujan turun deras sekali. Kami berteduh. Sambil makan ubi bakar dan ayam bakar. Sedap sekali. Setelah sholat, mulailah kami eksplorasi goa yang ada di sekitar pantai.


Mula-mula kami memasuki Goa Langir. Goa berbentuk horizontal dan buntu. Gelap dan sempit. Terdengar suara tetesan air dari stalaktit. Bongkahan batu karang berada di tengah goa. Pantai ini benar-benar indah dan masih perawan. Terlindungi oleh perbukitan karang terjal.. Jadi, selain bisa menikmati suasana pantai, bisa juga sekalian wisata goa.



Ada goa lainnya. Goa Harta Karun, Goa Seribu Candi yang stalaktit nya menyerupai bangunan candi. Hanya, lokasinya berada di ketinggian, jadi kita harus siap memanjat, kemudian turun ke dalam goa. Track nya licin, harus hati-hati sekali.





Tentang pantainya, hmm lihat saja betapa keren perpaduan karang dan ombaknya. Menyatu dengan syahdu. Ombaknya yang lumayan besar sepertinya asyik buat surfing. Namun harus hati-hati karena katanya ada palung laut, yang kalau tidak waspada, bisa terseret ombak dan terjebak dalam Palung laut yang dalam. Makanya, ya, kalau mau berenang jangan terlalu jauh. Di pinggirnya saja sudah memacu adrenalin kok. (IMHO, hehehe)




Sekian sudah perjalanan kami. Usai mandi di laut dan ganti pakaian, saatnya menikmati mie instan hangat. Lalu pulang dan mampir di warung bakso setelah solat Maghrib. Hanya bakso biasa, padahal pengen banget bakso ikan khas Malingping yang endeeesss pisan.

Sabtu, 16 Desember 2017

Jejorong & Teh Lemon; Surga Dunia


Jejorong. Kue khas Pandeglang, Banten. Rasanya manis dan gurih, perpaduan tepung beras, gula merah dan santan. Siapa yang bisa menolak?

Hari ini agenda silah ukhuwah ke rumah salah satu santriwati kami di Desa Tegal, kecamatan Cikedal, Pandeglang. Baru datang kami sudah disuguhi kue jejorong. Minumnya, teh lemon hangat. Hmmm....  Sungguh surga dunia yang tak terbantahkan. Menjadi obat lelah dan penat selama di perjalanan. 

Kata tuan rumah, jejorong ini terbuat dari tepung beras yang diuleni dengan santan lalu dikukus dengan irisan gula merah di bagian bawah bungkusan daun pisang, serta santan di bagian atasnya. Manisnya kerasa, gurihnya mantap. Apalagi, minum teh lemon. 


Nyummyyy saya sampai lupa habis berapa banyak, mungkin empat atau lima buah. Tehnya, habis tiga gelas. Benar-benar saya lupa bahwa makanan manis begini mungkin akan membuat diet saya gagal. Ah kapan sih saya ingat diet kalau sudah ketemu makanan? Paling-paling baru sadar kalau foto, hasilnya bulet-bulet di bagian pipi dan perut, barulah anak saya komentar "Makanya Ummu jangan makan banyak-banyak."

Hah? Dasar kamu kids zaman now, komentarnya gak pake filter apa?

Selasa, 21 November 2017

Kisah Romantis Love Rain




Love Rain menggambarkan sebuah kisah cinta yang manis tapi tragis tahun 1970-an. Begitulah Jang Geun Suk yang berperan sebagai Seo In Ha seorang mahasiswa seni mencintai Kim Yoon Hee yang diperankan Yoona. Mereka saling mencintai, berawal dari “tiga detik”nya In Ha saat melihat Yoon Hee dan langsung jatuh cinta. Ternyata, sahabat In Ha, Lee Dong Wook (Kim Si-Hoo) juga mencintai Yoon Hee, bahkan dia lebih agresif dan perhatian daripada In Ha yang cenderung pemalu.


Love Rain juga merupakan kisah cinta banyak segi yang cukup rumit. Son Eun-seo berperan sebagai Baek Hye Jung sangat mencintai In Ha, tetapi cinta In Ha hanya untuk Yoon Hee. Banyak kisah di antara mereka yang pada akhirnya tidak menakdirkan mereka untuk hidup bersama meski mereka saling cinta. In Ha menikah dengan Hye Jung, sementara Yoon Hee juga menikah dengan lelaki lain.

Takdir pula yang mempertemukan mereka kembali di usia tua. In Ha yang tidak pernah bahagia dalam pernikahannya meski telah mempunyai seorang putra bernama Seo Joon, seorang fotografer handal tapi gemar mempermainkan wanita. Sementara Yoon Hee hidup bahagia dan mensyukuri kenangan cintanya bersama In Ha. Sampai-sampai, anak perempuannya, Ha Na (juga diperankan oleh Yoona) yang  sifatnya sangat berkebalikan dari sang ibu sangat mengidolakan cinta pertama ibunya dan terobsesi ingin bertemu dengannya.

Kejadian demi kejadian pun mempertemukan Ha Na dan Seo Joon. Terjalinlah kisah cinta di antara mereka, tetapi terjadi dilema saat mengetahui bahwa orangtua mereka akan menikah. Apalagi In Ha sudah bercerai dari Hye Jung, sebab tidak pernah bisa melupakan Yoon Hee. Duh, makanya ya kalau mau move on itu jangan pernah menjadikan orang lain sebagai pelarian. Jadinya tidak bahagia dan menyakiti hati pasangannya.

Meski ini adalah pertama kalinya Yoona dan Jang Geun Suk berperan, sutradara Yoon Seok Ho menyatakan bahwa keduanya cocok untuk membawa ke konsep pemeran yang dia inginkan. Dan memang keduanya mampu berperan secara apik, meski dengan dua karakter yang berbeda. Ketika menjadi mahasiswa tahun 70an yang cenderung pemalu, pendiam dan tenang, sementara berperan juga sebagai anak-anak mereka di tahun 2010 dengan karakter yang ceria, apalagi sebagai Seo Joon seorang fotografer yang dikelilingi banyak wanita, sehingga mudah pula baginya merayu mereka.  Hanya dalam tiga detik.

Drama ini disiarkan juga di Jepang oleh jaringan Pony Canyon pada tahun 2012. Love Rain ditulis oleh Oh Soo Yun yang menulis drama Autumn In My Heart dan Winter Sonata, dan berlokasi syuting di Universitas Keimyung di Daegu, Korea Selatan.
Satu hal lagi yang menambah keromantisan drama ini adalah OST yang salah satunya dinyanyikan oleh Jang Geun Suk sendiri, dengan judul yang sama, Love Rain. Lagu yang masuk ke dalam cerita, dijadikan sebagai lagu buatan In Ha yang dinyanyikan untuk Yoon Hee, dengan sebuah pesan di akhir lagu, i love rain...i love you... Jadi ketika mendengarkan OSTnya, sudah terbayang kisah romantis tapi menyakitkan antara In Ha dan Yoon Hee.

Sabtu, 06 Mei 2017

Saimdang Review #6 (END)


Gak tau mau ngomong apa di episode terakhir Saimdang Light's Diary ini. Rasanya sih kayak ada yang janggal. Ya wajar sih, namanya juga episodenya dipangkas yang harusnya berakhir di 30 episode, ini jadi 28 episode. Apalagi di sana ratingnya rendah, padahal bagus sih kalau menurut saya mah.

Namanya ending, pasti ceritanya hanya penyelesaian. Nasib Saimdang gimana, Lee Gyeom dll semua punya kisah masing-masing. Walaupun, tetep yaaa nasib Lee Gyeom yang paling ngenes. Jadi jomblo seumur hidup gara-gara gak bisa move on dari Saimdang. Emangnya enak baper seumur hidup? Naif sih iya.

Saya lebih melihat kisahnya Seo Ji Yoon, seorang sejarawan yang sedang meneliti lukisan Ahnkyun dan buku harian Sujinbang milik Saimdang. Jadi sejak awal memang alurnya maju mundur antara masa kini dan masa lalu. Itu malah yang bikin seru.

Nah, Ji Yoon ini lagi memperjuangkan lukisan asli Keumkangsando karya Ahnkyun, demi membuktikan bahwa lukisan punya profesor Min Jung Hak itu palsu. Pada saat yang sama, suaminya kena jebakan di perusahaannya yang menjadikannya buronan polisi. Sejak awal memang diceritain Ji Yoon ini pisah sama suaminya, karena suaminya harus membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah. Sempat suaminya mengajak bercerai tapi akhirnya Ji Yoon gak mau. Dia lebih memilih menunggu suaminya sampai kapanpun Sampai masalah mereka selesai. Dikabarkan pada suatu hari bahw suaminya kecelakaan dan meninggal. Tambah terpuruklah Ji Yoon dan anaknya. Udah mah dipecat dari kampus, suaminya bangkrut, rumah disita, suaminya kabur, dikabarkan meninggal. Opo ora stress?

Tapi Ji Yoon terus berjuang, dengan ditemani dua sahabatnya dalam meneliti buki harian Saimdang itu. Dan seperti layaknya film baik vs jahat, pasti yang baik bakalan menang. Ji Yoon berhasil membuktikan mana lukisan asli Ahnkyun, suaminya ternyata masih hidup, dan Ji Yoon menjadi salah satu anggota RADE, organisasi yang mengungkap kepalsuan benda-benda bersejarah.

Sementara Saimdang, juga sudah lebih baik lagi menerima suaminya Yang punya istri muda itu. Bagi Saimdang, yang penting cinta suaminya ke anak2nya jangan pernah berubah. Selama ini kau sudah menjadi ayah yang hebat bagi mereka. Kepada anak2nya juga dikatakan, bahwa ayahnya selama ini sudah sangat hebat kan? Kalau tanpa ayah kalian, mana mungkin kalian bisa tumbuh seperti ini?

Namun, Saimdang meninggal. Saya menyimpulkannya demikian, ketika di pantai anak2nya bermain dengan ayahnya, Saimdang malah senyum terus mengambil jalan lain sendirian. apalagi sebelumnya dia nyeri dada. Setelah itu, di endingnya dia tiba-tiba ada di Italia bersama Lee Gyeom. Mereka berduaan, berpelukan, itu artinya mereka berdua sama2 udah meninggal. Jiwa mereka yang bersatu. Dan dalam sejarah, Saimdang meninggal di usia yang masih relatif muda, kalau gak salah umur 48 tahun.

Oiya tadi saya mau ngasih kesimpulan yah. Hehe...
Jadi, seberat apapun masalah rumah tangga, itu harus sabar dan kuat... Jangan menyerah. Kalaupun harus ada yang berkorban, berkorbanlah... Asalkan sama2 berjuang...

Juga, bersabarlah terhadap pasangan. Penghormatan dan cinta harus seiring sejalan. Jangan sampai ada yang tersakiti nantinya.

Minta maaflah kepada anak2, bila kita merasa ada yang kurang. Bicara dari hati ke hati untuk mengerti mereka

Sebenarnya masih banyak falsafah hidup yang bagus, dan pelajaran berharga tentang menjadi istri dan ibu, yang bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Pantas saja Saimdang menjadi tokoh perempuan inspiratif di Korea Selatan, bahkan gambar wajahnya menjadi mata uang 50.000 won. Ambil yang baik-baiknya aja, tak masalah kan? Karena sebaik-baik teladan bagi kaum perempuam adalah Khadijah.

Wallahu a'lam

Selasa, 25 April 2017

Hujan (Tere Liye). Hujan Beneran!



Tere Liye gak salah banget ngasih judul "Hujan" untuk novelnya ini. Karena aku bener-bener hujan airmata. Nangis nyesek! 
"Kenapa kamu nangis?" suamiku tanya.
"Nih, gara-gara Tere Liye"
"Masa gitu aja nangis?"
Dan akupun masih terisak-isak pada bagian hampir ending itu. 

Emang ceritanya tentang apa sih, kok bisa banjir airmata gitu? Sebenernya bukan kisah cinta biasa, pasangannya meninggal atau mutusin tokohnya. Bukan. Bukan sesederhana itu. Ini rumit. Jauh lebih rumit daripada menyulam.

Kalau yang udah baca novel ini, hayooo pada hujan airmata juga gak? Atau saya aja yang baperan yah?

Jadi ceritanya begini...

Setting cerita tahun 2050an. Zaman itu teknologi maju pesat. Ada jam tangan yang berfungsi sebagai kartu debit, ada mesin pembuat baju otomatis tinggal masukin ukuran aja. Trus ada mobil terbang, ada tablet setipis kertas HVS. Semua teknologi pada zaman itu amazing banget. Pendeskripsiannya itu filmis banget, jadi kebayang kayak apa adegan per adegannya. Cuma, ya jangan sampe difilmin deh, ntar jadinya kayak sinema Indo**ar.

Tokoh utamanya Lail dan Esok. Mereka selamat dari bencana gunung meletus saat berada dalam kereta bawah tanah. Ibu Esok tewas, dan keempat kakak Esok juga tertimbun kapsul kereta. Zaman itu, kereta cepat gak nempel di rel. Jadi terbang aja gitu.

Esok nolongin Lail, trus mereka tinggal di pengungsian. Esok anak genius dalam hal permesinan. Jadi dia diadopsi oleh Walikota untuk disekolahkan setinggi mungkin. Sementara Esok tinggal di Panti Sosial. Dia yatim piatu sekarang.

Mereka jadi dekat, tapi digambarinnya itu lucu banget. Malu-malu mau, gak berani telepon, dan segala keseruan jatuh cinta anak ABG zaman dululah. Bukan ABG zaman sekarang yang kalau suka seseorang, diumbar di status FB. Berani buat chatting telpon video call gak abis-abis. Lail dan Esok saling mencintai tapi disimpen dalam hati, gak saling tahu. Segitu teknologi canggih, telepon aja cuma tiga kali selama 4 tahun!

Lail jadi relawan bencana alam. Esok sibuk bikin proyek besar untuk masa depan, sampai sibuk banget gak bisa mudik.

Ada rasa cemburu saat Esok dekat dengan Claudia, anak pak Walikota. Claudia cantik dan baik. Kayak Princess. Sedangkan Lail tak secantil Claudia.

Lail punya sahabat dekat namanya Maryam yang selalu bersamanya kemanapun. Maryam ini tokoh yang menghidupkan cerita. Dia humoris, kocak banget. Ada kalimat-kalimat yang bikin terpingkal-pingkal, padahal sebelumnya aku nangis kayak Anandhi ditinggal Jagdis.
"Aku ini kan cuma dayang-dayang berambut kribo"
Juga obrolan dia sama taksi
"hei mobil kamu bisa terbang gak?"
Giliran dia diantar mobil walikota tanpa sopir,
"mobil, kamu bisa terbang gak?"
Bisa.
"kenapa gak dari restoran aja kamu terbangnya!"
Kocak, padahal kan Lail lagi cemburu banget, kesel, baper, eh malah Maryam ngeributin mobil terbang.

Lalu, bagian mana yang nyesek itu?
Saat Lail didatangi walikota, dan Walikota memohon dengan sangat agar Lail memberikan satu tiket dari Esok untuk Claudia. Kalau aja walikota orang jahat, gampang aja menolaknya. Nah ini baiiiiik banget. berjasa besar dalam karier Esok. Mau nolaknya juga kepiyeeeee? Di situlah saya nyesek! Lah aku cinta sama yayangku, kok ini ayah angkat yayangku nyuruh aku ikhlasin tiket masa depan itu untuk putrinya. Artinya, aku kudu ngiklasin yayangku dengan putrinya. Gek aku mati dewe di bumi yang menuju kehancuran ini????

Wait. Ini tiket masa depan opo to maksude?

Dunia dilanda musim panas ekstrem, disebabkan oleh intervensi stratosfer oleh negara-negara subtropis. Pasca gUnung meletus, negara subtropis dilanda musim dingin ekstrem. Lalu diintervensilah itu lapisan stratosfer, wusss negara subtropis kembali hangat. Tapiii musim dinginnya pindah ke negara tropis. Salju turun. Gantian negara tropis yang intervensi. Jadinya 6 bulan kemudian, kekeringan melanda. Parah banget.

Nah Esok, membuat mega proyek pengungsian ke luar angkasa dengan naik kapal antariksa. Cuma ada kuota 10.000 orang perkapal. Total ada 4 kapal di seluruh dunia. Esok dapet dua tiket. Lail dak dapet, tapi pasti Esok ngasih tiket itu ke dia. Makanya walikota mohon banget agar Claudia yang pergi, biar jangan mati di bumi.

Tapi, sampai satu jam sebelum kapal berangkat, Esok gak ngasih kabar apa-apa ke Lail. Jadi berangkat gak sih? Ya gimana gak galau. Tiba-tiba walikota datang bilang makasih atas tiketnya untuk Claudia. Lail gak melakukan apa2! Jadi, Esok udah milih Claudia? 😭😭😭😭

Maka Lail pergi ke Pusat Terapi Saraf. Mau menghapus ingatannya tentang hujan. Yang artinya, dia akan lupa dengan Esok. Siapa Esok? Zaman itu canggih, kita bisa menghapus memori tidak menyenangkan. Memori kesedihan, hanya dengan sebuah mesin. Kamu mau coba?

Trus endingnya gimana? aku gak mau cerita ah.... Hehe

Minggu, 23 April 2017

Malulah Pada Yasmin


“Wah selamat ya bukunya udah terbit. Hebat kamu, udah jadi penulis. Saya masih aja jadi penonton, belum menghasilkan karya apa-apa.” Pernah dengar kalimat seperti ini?

Ya, memang sering yah kita dengar ungkapan kekaguman atas karya orang lain. Lalu menatap diri, apa yang sudah dilakukan?

“Omong kosong kalau kita Cuma jadi penonton! Setiap kita adalah penulis, Cuma males atau rajin?” teman yang lain berkomentar gamblang.

Hari ini, di acara World Book Day yang bertempat di Rumah Dunia, seorang gadis kecil bernama Yasmin, membuat saya berlinangan air mata. Yasmin anak berkemampuan khusus. Duduk di atas kursi roda, saat menceritakan tentang proses kreatifnya menulis, ayahnya menerjemahkannya. Sudah ada TIGA buku yang diterbitkan. Buku pertamanya, My Story in Holland merupakan buku hariannya yang diterbitkan.

Yasmin butuh waktu setidaknya enam bulan paling cepat, dan satu tahun paling lama untuk menghasilkan sebuah buku. Ia mengetiknya sendiri, dengan keterbatasannya. Yasmin menunjukkan pada kita, bahwa keterbatasan diri bukanlah hambatan untuk menulis.

Lalu, jika sekarang ada orang dewasa yang tidak memiliki “kemampuan khusus”, beralasan tidak bisa menulis, tidak punya waktu menulis, tidak mood, tidak percaya diri, tidak punya komputer, repot ngurus anak, tidak punya waktu, tidak inilah tidak itulah segudang alasan, malulah pada Yasmin. Sebab masalah terbesarnya bukan tidak ini tidak itu, tapi mau atau tidak mau. Rajin atau malas, yah, seperti kata teman saya yang kalau komentar selalu gamblang itu. Yasmin begitu tekun dan sabar, menulis selama setahun demi jadinya sebuah buku.

Bagaimana ayah dan ibunya mendidiknya? Biasa. Ayah ibunya mendidiknya sama seperti adik-adik Yasmin. Ayah yang selalu menjawab semua pertanyaan Yasmin tentang kepenulisan. Ibu yang sabar menerima kondisi putrinya itu, melupakan kekurangan dan fokus pada kelebihan.  Yasmin memang didukung oleh keluarganya untuk berkembang menjadi lebih baik.

Lalu, apa kita harus baper kalau lingkungan keluarga tidak mendukung? Jangankan menjawab semua pertanyaan tentang dunia menulis, saya dulu dinyinyirin oleh orangtua saya. “ngapain jadi penulis. Kayak bisa aja.”. Waktu coba kirim novel ke penerbit, ditanyain terus. “mana, terbit gak? Lama amat.” Yah walaupun beberapa bulan kemudian akhirnya datang jawaban penerbit, yang isi suratnya diawali dengan mohon maaf, diakhiri dengan “coba kirim lagi naskah yang lebih layak.” Tapi kita menjadi penulis bukan untuk sekarang saja. Kita menulis berkelanjutan, jadi jangan baper sama komentar orang walaupun itu orang terdekatmu. Harus tahan banting, tahan kritikan, jangan purik.

“Membaca mengubah dirimu, menulis mengubah dunia.” Slogan ini jadi tema WBD di Rumah Dunia kali ini. Nah, semoga menginspirasi.

Salam Literasi,
Yuni Astuti

Jumat, 21 April 2017

Saimdang Review #5

Episode kali ini bikin baper. Gimana enggak? Saimdang ini lagi jadi buronan kerajaan, bisnisnya ditutup dan aset-asetnya disita, eh malah suaminya itu mesra-mesraan sama istri barunya di rumah Saimdang. Nyuri lukisan Saimdang lagi! Gak peduli anak-anaknya pada nangis. Eleuh itu laki-laki dasaaar yaaah! Kenapa sih Saimdang gak minta cerai aja, lagian suaminya juga gak bertanggung jawab. Cuma jadi benalu. Di mata anak-anaknya juga udah gak ada wibawanya. Duh. Naif. Tapi itu pilihan dia. Ngapain juga gue yang rempong. Lagian ini kan cuma drama. Suka-suka penulis skenarionya lah. Haha.

Akibatnya Saimdang nangis, trus naik gunung Keumkang buat ngelukis. Ngilangin baper dengan cara naik gunung, asal jangan lompat ke jurang aja sih. Jadi, melukis di gunung Keumkang ini merupakan cita-citanya sejak remaja. Bahkan dulu janjian sama Lee Gyeom buat naik gunung bareng setelah menikah. cocwit? Yah anggep aja begitu.

Lho, emang kenapa Saimdang jadi buronan kerajaan? Jadi gini ceritanya Gaess.... Saimdang itu menang kompetisi untuk melukis potret raja. Karena dia perempuan, jadi diprotes sama para cendekia Konfusius dan para pejabat. Raja sih woles aja dilukis sama Saimdang, rupanya ada maksud. Setelah lukisan jadi dan dipamerkan, terjadi demo besar-besaran oleh para cendekia itu. 

Raja ini, sangat ambisius sama tahta. Demi memertahankan kursi, gak segan-segan bunuh orang. Masih inget kan dulu ayahnya Saimdang dibunuh juga sama raja. Sekarang Saimdang mau bunuh Saimdang dan Lee Gyeom juga. Alasannya karena raja kalah pamor sama mereka. Di mata rakyat, Saimdang itu penyelamat mereka. Ngasih makan, ngasih pekerjaan, ngasih pendidikan dan rumah di saat mereka jadi gelandangan. Sedangkan raja cuma sibuk ngurusin tahta. Nah, rajanya baper tuh. Lee Gyeom juga tenar karena bikin sanggar belajar buat semua kalangan rakyat. Ih, gitu ya penguasa, demi kursi, tega menyakiti rakyatnya.

Lee Gyeom nyusul Saimdang ke gunung. Mereka ngelukis bareng. Di sinilah uniknya Saimdang, meski galau berat sama masalah di rumah, dia nggak pernah sekalipun curhat sama Lee Gyeom. Ciyeee takut ntar CLBK dan selingkuh kali ya. Tapi Saimdang memilih untuk menjadi ibu, demi anak-anak. Walaupun sempat berpikir bakal balikan Lagi sama Lee Gyeom. Dia ngaku sih kalau masih saranghae sama Lee Gyeom, tapi biarlah itu masa lalu. Semoga aja di kehidupan selanjutnya bisa bersama lagi. 

Yang paling ngenes ya Lee Gyeom. Masih stuck aja sama Saimdang. Wes tho Mas Gyeom, ndang cari calon istri gih. Umur udah berapa Tuh. Gak kelar2 bapernya. Move on dong..... Gak enak jadi jomblo tau. 

Senin, 10 April 2017

Saimdang Review #4



Who is Whieumdang?

Sepintas namanya mirip-mirip Saimdang ya, ada dang dangnya gitu. Tapi beda. Beda banget. Jadi begini...

Whieumdang ini saat remajanya, suka banget sama Lee Gyeom, tapi baper gara-gara Lee Gyeom cinta mati sama Saimdang. Tragedi bermula ketika Whieumdang disuruh nganter surat dari Saimdang buat Lee Gyeom tapi gak disampaikan. Akibatnya, surat yang isinya ngajak ketemuan itu dia pegang sendiri. Saimdang nungguin Lee Gyeom gak dateng-dateng, jadi perginya sama Whieumdang (namanya waktu itu Sak Soon, ada ceritanya kenapa berubah jadi Whieumdang).

Mereka pergi ke Unpyongsa. Rupanya di sana ngelihat para pejabat pemerintahan lagi pesta, sementara rakyat di sekitar mereka kelaparan. Bajunya kumal, sampai-sampai ada yang mencuri roti. Sama Min Chi Hyung, orang yang nyuri itu dibunuh. Mati. Rakyat marah, ngamuk, malah dibunuhin semua sama Min Chi Hyung dan pasukannya. Kuil Unpyong dibakar, ancur semua. Saimdang kabur, tapi keburu pingsan. Digendong sama Sak Soon. Lee Gyeom yang baru sadar Saimdang pergi sendirian, segera ngejar. Ketemu di tengah hutan. Yang ditolongin cuma Saimdang. Sak Soonnya kayak gak keliatan gitu. Jadi ditinggal sendiri di tengah hutan, mungkin ada macannya.

Malem-malem ketemu Lee Gyeom yang lagi nyari tabib, Sak Soon bilang bahwa dia juga terluka, tapi Lee Gyeom cuma ngasih uang buat beli salep.

Karena ada masalah apalah apalah gitu di pemerintahan, tentang syair buatan raja yang misalnya kalau tersebar bakal melengserkan jabatannya gitu embuhlah ribet banget masa gara-gara syair aja rempong. Nah, Saimdang kan udah dilamar sama Lee Gyeom, udah tinggal nikah aja tapiiiii kalau sampai mereka menikah, nyawa mereka gak aman. Jadi Saimdang memohon ke orangtuany supaya dinikahkan dengan siapapun asal jangan Lee Gyeom.
Jadilah dia nikah sama Lee Won Su yang kurang akal itu. Sedangkan Lee Gyeom hidup mengembara. Disuruh nikah gak mau. Digosipin homo.

Sak Soon, penyebab kekacauan hubungan cinta Saimdang dan Lee Gyeom, mengabdi ke Min Chi Hyung, sang penjahat. Sak Soon jadi pembokatnya. Suatu hari, karena ayah mertua Min Chi Hyung terlibat makar, maka istrinya dibunuh pake racun oleh Sak Soon. Sejak itu Sak Soon jadi istrinya, ganti nama jadi Whieumdang (Whieum: kematian, Dang: perempuan yang menyaksikan). Statusnya berubah jadi istri bangsawan sejak dia pindah ke kota Hanyang.

Dia kan jago ngelukis juga, maka terkenallah dia sebagai pelukis jenius. Dia jadi bos percetakan kertas. Kertas Goryeo diceritakan sangat bagus kualitasnya, tak akan lapuk ditelan masa. Di sinilah... saya akan ceritakan, bagaimana keluarga Whieumdang.

Min Chi Hyung sangat berambisi anak sulungnya jadi PNS, makanya tiap hari disuruh makan timun (apa hubungannya? silakan dicari). Anaknya, Ji Gyoon, itu selalu juara kelas. Para ibu dari murid di sekolah itu bikin grup wali kelas yang punya peraturan sendiri, jadwal kumpul sendiri, yang sampai ngatur-ngatur peraturan sekolah tersebut. Anaknya Saimdang pengen masuk sekolah itu, karena gak punya icis jadi sulit diterima sama ibu2 rempong tadi. Intinya masuk kelas deh ya, dan jadi juara kelas. Habis deh itu Ji Gyoon dihukum sama bapaknya. Dipukuli pake rotan sampe merah.
Pokoknya anaknya gak boleh kalah! Harus juara kelas!

Whieumdang ini tipe perempuan cerdas, yang menikah sama orang bejat. Ibaratnya sekarang, istrinya itu sosialita yang baju2nya mewah, suaminya korupsi. Min Chi Hyung menyuap banyak pejabat kementrian supaya bisnis percetakan kertas Whieumdang lancar jaya...Dia juga memonopoli perdagangan kertas.

Tapi, sikap Min Chi Hyung ke Whieumdang ini kayak juragan ke budak. Kasar banget. Gak segan mukul, nampar, ngancem, nyekek. Beda banget ya sama suaminya Saimdang. Trus, waktu korupsi kertasnya ketahuan, Min Chi Hyung dihukum dengan cara diasingkan. Whieumdang masih juga dikasari, kenapa nggak segera bebasin suaminya. Udah dua tahun. Kelihatan banget, Whieumdang itu tertekan, stress jadi istri bangsawan. Hidupnya penuh kepura-puraan. Kasian banget (saya nebaknya sih nanti menjelang ending dia bakal tobat dan jadi tokoh baik, caranya? Gampang, ganti aja make up dan gaya rambut, ntar berubah jadi tokoh baik).

Dari tekanan suaminya, kelihatan wajar sih dia jahatin Saimdang. Tapi....sejak semula juga dia udah jahatin Saimdang. Ah emang cinta bisa membutakan mata hati...
Berbagai macam konspirasi dia lakukan untuk menyengsarakan Saimdang, dan selalu gagal karena.... karena penulis skenarionya nulis demikian.

Saimdang Review #3


Kemarin Saimdang membawakan pakaian dalam untuk suaminya. Ternyata bungkusan pakaian itu disimpan saja oleh si Kwon (madunya Saimdang), katanya lupa ngasih ke suaminya. Dibukalah sama suaminya ini. Ada suratnya!

isinya kira2 gini:
"Kwon, suamiku ini orangnya doyan makan. Dia suka makan walaupun udah kenyang. Tengah malam juga suka kelaparan, makanya selalu sediain teh dan camilan. Kalau gak gitu, dia gak bisa bobo. Kwon, suamiku kulitnya sensitif, jadi pakaian dalamnya harus bersih. Disetrika dan disterilkan dari kuman. Kalau gak gitu, dia bisa ruam popok, eh maksudnya ruam bentol-bentol. Kalau udah telanjur ruam, obatnya ini ini ini yah. direbus dan diminum."

Nangislah itu suaminya Saimdang, terharu dia. Ternyata sebegitu perhatiannya Saimdang yah...
*isi surat itu bahasanya udah saya sesuaikan, jadi gak persis gitu kok.

Pernah suatu hari, Lee Gyeom si mantannya Saimdang bilang apaaa gitu hal jelek tentang suaminya Saimdang eh dijawab gini
"Jangan ngomong gitu. Dia tuh ayah yang baik. Suka bercanda dan bermain dengan anak2. dia menerima anak2nya dengan tulus." padahal suaminya ini digambarkan begitu oon, ujian CPNS aja gagal terus sampai 21 tahun tapi Saimdang gak bosen tuh biayain suaminya buat belajar dan ujian CPNS. xixixi...

Saimdang dan anak-anaknya. Saimdang Sosok Ibu Profesional

Kenapa gitu? Saimdang melakukan apa kepada anak-anaknya?
Jadi, di tengah banyak rintangan kehidupan, Saimdang adalah sosok ibu yang dikagumi anak-anaknya. Dia pelukis genius, hasil lukisannya tampak hidup (orang zaman sekarang mungkin nyebutnya 3D ya).

Anak-anaknya sukses di bidangnya masing2. Ada yg ngikutin jejaknya sebagai pelukis, ada yg cerdasnya banget-banget jadi cendekia, ada yg ajaib di usia 3 tahun udah bisa baca dan tulis. Tapi ada satu anaknya yg merasa gak pandai dalam berbagai hal. Maka di setiap pelajaran selalu rendah nilainya. Anak itu bilang kalau dia gak mau sekolah, dan merasa berbakat di bidang pandai besi. Saimdang mengiyakan. Gak apa-apa, jadi pandai besi pun bermanfaat.

Akhirnya semua melejit dengan kecerdasan masing2. Itu karena Saimdang gak memaksa anaknya harus jadi apa, sebaliknya dia selalu mendukung apa yang anak2nya kuasai. Dengan tetap membimbingnya.

Jadi ibu profesional itu gak lantas hanya sibuk ngurusin anak dan suami. Saimdang juga tetap menjadi dirinya sendiri. Melukis adalah passionnya. Kalau udah ngelukis, dia betah berjam-jam. Dia menguasai banyak hal tentang warna alami untuk dijadikan tinta. Lukisannya begitu halus dan detail, seperti nyata. Sebab dia selalu mengasahnya sejak kecil. Walaupun sempat vakum sangat lama tersebab suatu hal, dia memulai kembali karena panggilan hati. Panggilan jiwanya sendiri. Dengan tetap menjadi dirinya sendiri, Saimdang melejit, hebat, anak2nya bangga kepadanya.

Oya, sampai di episode 22 ini, meski Saimdang diceritakan masih ada sisa2 rasa cinta buat Lee Gyeom, tapi sukses digambarkan bahwa mereka biasa-biasa saja. Nggak ada tuh yang namanya selingkuh atau CLBK. yaa paling2 cuma senyum tipis aja, waktu mau dipegang pipinya dia menampik. Jadi bisa menjaga dirinya dengan baik.

Nah, kalau kisah rumah tangga Saimdang penuh perhatian dan ketulusan serta penghormatan, lain lagi dengan kisah rumah tangga Whieumdang dan Min Chi Hyung. Bagaimanakah kisahnya? Next akan dilanjutkan menulisnya...
Trims buat yang berkenan baca...

Saimdang Review #2



Saimdang punya cinta pertama yang tak sampai. Lee Gyeom namanya. Masih jomblo, karatan saking gak mau nikah sama perempuan manapun. saking ga bisa move on dari Saimdang padahal Saimdang udah punya 4 anak. Kasian ya Lee Gyeom, sampe dikira homo.
Kalau mikir hati sih, yaudah sih Saimdang, mumpung elo dikhianati suami. Cerai aja. Udah cerai ajaaa trus nikah sama Lee Gyeom, udah mah tampan, pinter, kerabat raja pula.

Eh tapi Saimdang malah memohon ke suaminya supaya jangan diceraikan. gak papa deh dimadu, asal anak2 tetap menganggap ayahnya sebagai ayah yang baik. sesekali pulang dan tengoklah mereka.

Duh yaaah kalau Saimdang hidup di zaman sekarang, pasti dia udah update status nggerung2 deh minta dukungan para emak.
Tapi dia tetap bijaksana ketika bilang ke anak2nya bahwa ayahnya itu lagi sibuk dengan pekerjaannya sehingga jarang pulang.

Lah suatu hari Saimdang datengin selingkuhan suaminya, bawain pakaian dalem. Kata selingkuhannya yang mencoba bersikap ramah itu, "kalo pakaian dalem mah saya juga bisa nyiapin. kakak, harusnya kakak berterima kasih sama saya. karena saya udah bantuin ngurus suami kakak. kan, ngurus laki-laki itu sama kayak membesarkan anak kecil. kalau dia sering sama saya, kakak jadi punya banyak waktu untuk melukis. iya kan kak?"

Etdah ini cewek gemesin amat minta dijambak ya?---
Trus nih, kata Saimdang,

"melihatmu sekarang, aku baru paham kenapa manusia diciptakan dengan dua lubang hidung."
nah, itu dia yg bikin saya bingung sampe sekarang. maksud kalimat Saimdang itu apa ya?
baru denger istilah itu. kalau istilah dua telinga dan satu mulut udah biasa ya. tapi dua lubang hidung maksudnya apaan?

Saimdang Review #1


Saimdang itu istri yang sangat bijaksana, memperhatikan dan menghormati suaminya dengan tulus. Meski suaminya pengangguran 21 tahun lamanya. Saimdang yang bekerja menjadi tulang punggung, sambil membesarkan dan mendidik anak-anaknya. Suatu ketika suaminya yang jarang pulang itu ketahuan selingkuh. Selingkuhannya tengah berbadan dua.

Saimdang sedih, tapi tidak ngamuk. Dia mencoba tegar dan hanya menangis di pojokan.
Sampai suatu saat semua lukisannya dicuri suaminya untuk dijual dan uangnya diberikan ke selingkuhannya. Saimdang baru mau melabrak. Namun... dia hanya terpaku diam menahan tangis. Bertanya ke suaminya, bisa gak ninggalin selingkuhannya (atau istrinya ya? gak paham gimana adat Korea waktu itu) tapi suaminya bilang bahwa dia nggak bisa ninggalin selingkuhannya.

Saimdang tanya, apa yang kamu suka dari dia?Suaminya akhirnya menjawab, "Semuanya. Saya suka semuanya. Dengannya, aku merasa nyaman. Aku bisa bebas buang angin dan sendawa dengan bebas. Tapi denganmu, aku merasa kecil. Di hadapanmu, aku merasa tercekik, kesepian dan sendirian. Aku merasa kecil, dibandingkan kamu yang punya banyak kelebihan dan keterampilan. Sekarang saya tanya, kamu mencintaiku gak? Apa kamu pernah mencintaiku sebagai seorang pria?"
Saimdang mengakui, bahwa dia hanya menghormati suaminya. Tanpa menjawab iya atau tidak mencintainya.

Suaminya sadar, bahwa dia hanya memiliki raga Saimdang, tidak cintanya.
"Aku butuh istri yg bisa memberikanku kenyamanan. Bukan istri yg ibarat guru."
Di episode ini, aku menjadi mengerti....bahwa suami tidak hanya butuh penghormatan dan perhatian, tapi kenyamanan dan cinta, serta membuatnya tidak merasa kecil atas segala kelebihan istrinya. Itu artinya, suami dan istri harus saling bersinergi, bekerja sama untuk saling menyamankan diri, mengupgrade kemampuan diri sesuai perannya masing-masing. Jangan terbalik. Kalau hati sudah tak nyaman, perselingkuhan pun bisa menjadi alasan yang dibenar-benarkan sendiri.

to be continue....

Jumat, 03 Februari 2017

Positif, Peduli, Penuh Cinta


Ini hari terakhir dari challenge 10 hari Komunikasi Produktif. Apa yang sudah saya dapatkan dari tantangan ini?

Baru saja kejadiannya. Ba’da Isya ini biasanya Aa langsung pulang dari masjid, tapi ditunggu sampai pukul 20.30 belum pulang juga. Saya pun WA ke Abahnya.

“Abah masih di masjid. Emang Aa belum pulang?”

Duh, saya mulai cemas. Ditanya ke teman dekatnya, Aa nggak ada di sana. Nggak ada di rumah temannya yang mungkin saja dia di sana. Pikiran mulai bingung, apalagi kali di belakang rumah lagi banjir. Khawatir kecemplung trus tenggelam nggak ada yang tahu, kan bahaya..

Abahnya lalu keliling  ke rumah temannya Aa. Saya juga ikut mencari, walaupun nggak tahu harus nyari kemana. Tak lama kemudian, Abah pulang bawa Aa.

“Ya Ampun Aa...” saya langsung peluk dia.

 Sebisa mungkin saya tahan emosi supaya tidak memarahinya. Dan dia juga langsung minta maaf.

“Lain kali, kalau udah solat Isya langsung pulang ya. Izin juga ke Abah kalau mau pulang. Umu kuatir soalnya. Trus Aa ngapain di sana?”
Dengan polosnya dia jawab,
“Main mobil-mobilan...”

Duh yah... dasar anak-anak.
Peristiwa ini mengingatkan saya 17 tahun yang lalu waktu sepulang dari sekolah, saya tidak langsung pulang. Malah main ke rumah teman, trus nyari gondang di sawah. Lanjut main ke rumah Ibu Guru sambil bawain gondang. Main sampai sore dan nggak izin ke orangtua.

Jelas aja sampai rumah saya dimarahi, kenapa nggak izin, kenapa nggak pulang dulu, bla bla bla....

Kejadian itu, dalam frame orangtua yang sangat peduli pada anak adalah ingin agar anaknya selalu terpantau olehnya. Selalu selamat, sehat dan jelas keberadaannya.

Sedangkan dalam frame anak, adalah jika minta izin ke orangtua dulu, bakalan ribet prosedurnya. Pasti nggak boleh, pasti dimarahin. Udah beda persepsi duluan. Jadilah main kucing-kucingan gini.

Karena itulah, anak jangan terlalu banyak dilarang. Selama masih dalam batas aman, biarkan saja. Kalau sudah nyerempet bahaya, diingatkan. Kuncinya ada pada komunikasi.

Bagaimana menunjukkan bahwa kita peduli, bukan malah anak menangkap maksud itu sebagai bentuk kemarahan. Kan, nggak nyambung.
“Nak, Ibu mencemaskanmu. Kamu dari mana saja?”

Akan berbeda dengan yang dipahami anak kalau kalimatnya diubah

“Kamu dari mana saja? Ibu kan sudah bilang, kalau main jangan jauh-jauh. Dasar kamu ini, maunya main terus.”

Komunikasi produktif adalah tentang kalimat positif, kalimat efektif dan kalimat penuh cinta. Sampai saat ini kadang saya merasa ada banyak komunikasi yang tidak produktif  antara saya dan suami, atau antara saya dan anak-anak. Itu disebabkan banyak hal, di antaranya:
1. Bicara terlalu banyak, malah terdengar seperti omelan.
2. Minta tolong ke suami atau anak tapi nggak segera dikerjakan? Itu karena saya tidak melakukan upaya eye to eye. Jadi merepet sendiri kayak kaleng dibanting. Ributnya doang.
3. Masih suka marah. Ini jelas-jelas penghambat komunikasi produktif. Maka, harus dikurangi nih marahnya, biar bisa masuk surga. Laa taghdhob, walakal jannah.



#hari10
#tantangan10hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunSayIIPBCCG

Kamis, 02 Februari 2017

Gaya Belajar Kakak



Setiap anak itu unik. Cara belajarnya juga berbeda satu sama lain. Masing-masing bisa menempuh jalan yang tidak sama untuk menemukan kesimpulan. 

Seperti dini hari ini, Kakak tiba-tib bangun dan bertanya
“Mumu.... Kenapa kasurnya basah....”
Kulirik kasurnya, dan aahhh dia ngompol. Kalau langsung saya jawab bahwa dia ngompol, dia tak akan percaya. Menganggapnya hoax kali. Intinya tidak mau ngaku kalau itu hasil perbuatannya.

Maka saya bertanya
“Emangnya itu basah karena apa?” saya tanya sambil mata sepet-sepet nguantuk. 
“Ompol?” Kakak balik tanya.
“Iya. Terus yang tidur di situ siapa?”
“Thoriq...”
“Berarti yang ngompol siapa?” 
“Thoriq....”
Nah. Dia telah mengakuinya. Dia menemukan jawaban atas kegelisahannya sendiri melalui pertanyaan-pertanyaan yang dia jawab sendiri. Dia tipe anak yang sudah tahu jawabannya, tapi tidak mau mendengar kesimpulan jawaban langsung.. Dia suka berdiskusi daripada disodorkan dengan kesimpulan.

Terima kasih Kak, ini pelajaran penting buat Mumu...

#Hari9
#Tantangan10Hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunSayIIPBCCG

Rabu, 01 Februari 2017

Tempat Ternyaman

Bila matahari adalah pusat tata surya, maka tempat tidur adalah pusat dari kegiatan keluarga kami. Bukan hanya berfungsi sebagai tempat tidur, melainkan tempat untuk ngobrol, bercanda, main game bahkan (jangan ditiru ya) ngemil. Jadi, tempat tidur selalu berantakan. Kecuali saat sore hari karena persiapan untuk tidur.
Membincangkan kegiatan seharian tiap anggota keluarga. Membahas dunia perpolitikan. Seru-seruan main game Zombie sama-sama. Juga nonton film. Yang penting kumpul. Seperti siang tadi. Saya merasa kalau sedang kumpul gini ikatan batin jadi makin kuat.
Mungkin karena tempat tidur adalah tempat yang bikin rileks. Jadi tidak terasa ada masalah. Bahkan ketika sedang bermasalah dengan suami, pun, bicarakanlah di tempat tidur. Kondisi pikiran tenang, perut kenyang, tempat nyaman, maka semua unek-unek akan keluar dengan santai. Mau tengkar juga gimana, takut ngebangunin anak-anak yang lagi tidur.

#hari8
#Tantangan10Hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunSayIIPBCCG

Selasa, 31 Januari 2017

Agar Kita Tidak Tersesat

Siang ini kami berempat jalan keluar... Kalau lagi jalan kemana gitu, suka lihat gang-gang yang belum pernah dilewati trus ngomong
“ini tembusnya kemana ya?”
Seringnya sih dicoba. Ditelusuri untuk kemudian, oooohhh ternyata nyambungnya ke sini...
Kayak tadi, habis dari Bank di Cibeber, masuk ke gang Desa. Suami mengira, ini tembusnya ke perumahan PCI.
Oke dicoba.
Lurus teruuuusssss.........
“ini kita nyoba jalan pintas A.” Kata suami ke Aa.
Jalan terusss sambil ngobrol... N
Ternyataaaa...
Wakwawww!!!
Pemakaman umum. Dan Aa pun komentar “Ini sih bukan jalan pintas. Ini jalan buntu!”
Hahaha...
“Makanya, biar kita gak tersesat, kita harus tahu ilmunya. Kalau gak pake ilmu, kayak ginilah. Nyasar!” kata saya.
“Seperti Aa juga supaya hidup kita gak tersesat, kita harus punya ilmu. Caranya dengan belajar.”
Lalu kami pun melanjutkan perjalanan dengan menempuh jalan yang benar dan diakui semua orang.

#hari7
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiipbccg

Minggu, 29 Januari 2017

Memilih Sekolah untuk Aa

Memilih sekolah yang bagus untuk Aa sudah lama kami bicarakan. Sebagai orangtua, tentu ingin anaknya mendapatkan pendidikan yang baik dan visi misinya sama dengan kita. Ada tiga alternatif, yakni pesantren, SDIT dan SD Negeri. 
Sebenarnya sudah lama kami ingin Aa masuk pesantren sejak SD. Target kami Ponpes Tahfidz Yanbu’ul Quran Kudus. Info pun sudah dicari, tanya Ustadznya. Bahkan sudah download banyak video tentang Ponpes tersebut. Aa juga sudah sejak jauh hari, bertahun-tahun yang lalu dijelaskan bahwa dia akan masuk pondok. Dia mau saja.

Namun, kami pikir lagi, kejauhan. Aa masih 7 tahun, masih sangat butuh kasih sayang orangtuanya. Terutama ibunya. Ditambah lagi, proses masuknya saja ada dua tahapan seleksi yang pada tahap kedua mengharuskan anak dikarantina selama sebulan. Itupun belum tentu keterima. Pondok ini memang jadi primadona, nggak boleh ada santri pindahan. Jadi meminimalisir kontaminasi pengaruh buruk yang biasanya dibawa oleh santri pindahan.

Ok, deal, alternatif pertama gagal. Pilihan kedua, SDIT. Untuk saya, biaya masuk SDIT sangat mahal. Apalagi kalau yang sudah punya nama besar. Sulit dijangkau oleh dompet saya. Hehe. Selain itu, pertimbangan jarak, jemputan, uang bulanan dan uang saku juga kami bicarakan. Setiap kami bahas tentang ini, Aa kami libatkan. 
“Aa maunya sekolah di mana?”
“Maunya sama Si X, Y, Z.”

Kami pun paham. Berarti dia mau ‘di sana’. Sempat juga saya ingin memasukkan Aa ke SD Negeri, tapi sangat khawatir dengan pergaulan zaman sekarang yang sulit dikonrol. Sedangkan anak itu dididik oleh lingkungannya juga, bukan hanya orangtuanya. 

Telah banyak waktu kami habiskan untuk diskusi soal ini. Seringkali terhenti karena belum sepakat terutama masalah biayanya bagaimana. Dan seterusnya. 

Agaknya malam ini diskusi santai sebelum tidur sudah menemukan kata sepakat. Ya, insya Allah ini jalan yang terbaik. Semoga SDIT itu masih menerima pendaftaran. Karena kabarnya, most wanted.
Alhamdulillah, wasyukurillah atas semua nikmat ini. 


#hari6
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiipbccg

Sabtu, 28 Januari 2017

Jalan-jalanlah....


Keluarga kami senang jalan-jalan, nggak harus jauh dan mahal sih. Yang deket-deket aja yang penting happy. Tempat yang sering dikunjungi itu perpustakaan daerah, pasar, pelabuhan Karangantu, Banten Lama, dan apa saja asalkan bukan mal. Hehe...

Kebetulan hari ini Imlek, jadi kami lihat sebentar ke vihara yang ramai orang Tionghoa berkumpul di sini. Berdekatan dengan vihara, ada benteng Spelwijck. Saat lewat benteng itu, Aa bertanya.
"Ini apa Mu?"
Maka jadilah sambil jalan-jalan, sambil bercerita sejarah.
Lanjuuut... Ke Karangantu. Airnya sedang surut. Jadi sebagian tanah bakau ini tampak, eh ada yuyu. Di sinilah Aa tanya, itu apa Mu?
Oh itu kepiting. Tapi aku juga ragu, itu kepiting atau yuyu atau rajungan ya?
Saya sulit membedakannya. 
"Nanti ya A, kita belajar lagi. Umu kurang tahu apa bedanya mereka".

Kalau sedang jalan-jalan, kita menghirup udara segar. Jadi nggak sumpek di rumah terus. Kalau Aa betah main seharian, beda dengan Kakak, dia ngajaknya pulang terus...

#hari5
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiipbccg

Jumat, 27 Januari 2017

Anak Bahagia Karena Ibunya Bahagia



Kapan seorang anak merasa bahagia? Saat diajak jalan-jalan ke tempat rekreasi?
Saat dibelikan mainan baru? Saat dibelikan jajan? Ya, benar. Namun ada yang lebih membahagiakan dari semua itu. Yakni ketika ibunya juga bahagia.

Ibu yang bahagia, energinya akan positif. Bicara ke anak pelan dan lemah lembut. Sebaliknya ibu yang sedang kalut, stress, kadang sikap ke anak juga nggak jelas.

Ini sulungku yang pengertian banget sama ummunya. Sore ini sepulang dari TPA, berdua kami ke apotek beli obat untuk adiknya. Deket dari rumah.

Adalah kebiasaan dia, kalau jalan kaki suka memerhatikan sekitar. Lihat sungai, rumput liar, entah itu putri malu atau "pletekan" yang bisa meledak di air, dan kadang sambil foto juga.

Saya merasakan sekali, kalau saya bersikap manis padanya, dia juga balas dengan yang lebih manis. Suka tiba-tiba memeluk dan mencium, dan suka kasih bunga (walaupun yaaa rumput liar). Dia itu sensitif, jadi bicara dengan dia harus hati-hati sekali jangan sampai tersinggung.

Dia sering mengingatkanku agar jangan marah, nanti masuk neraka lho! Sebab di buku yang pernah saya ceritakan, ada tentang "jangan marah, maka bagimu surga". Semoga ya Nak, ummu bisa terus belajar memperbaiki diri. 


#hari4
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiipbccg

Kamis, 26 Januari 2017

Aa Baik Kan, Mu?

Anak-anak, pada dasarnya suka membantu pekerjaan orang tuanya. Sedari kecil, sebenarnya mereka bisa dikondisikan untuk mandiri. 

Seperti baru saja yang dilakukan si sulung. Dia menyetrika bajunya sendiri. Kalau mengikuti naluri khawatir saya, tentu akan saya larang.
“Nanti kena tangan.”
“Nanti nggak rapi.”
Dan sebagainya. Namun saya biarkan dia melakukan itu. Toh kalau nggak rapi, bisa disetrika ulang. Dan kalau kena tangan, bisa diobatin.
Jadi, saya katakan “hati-hati. Caranya begini.”
Dia mengangguk. Dan azan Isya berkumandang, saya ajak dia salat. Katanya, “Sebentar lagi ini satu lagi. Aa kan mau bantuin Ummu...”
Begitu selesai, dia bertanya. “Mu, Aa baik kan?”
“Iya... Aa baik... Makasih yaaa....” dan dia mengecup pipiku. Ah Nak, rupanya kamu juga ingin dipuji sebagai wujud apresiasi bahwa kamu anak baik. Lantas kami salat dan menemani dia tidur. Setelah itu kulanjutkan setrikaan. Merapikan yang belum rapi. Alhamdulillah... Semoga saya bisa sabar menghadapi anak-anak....


#hari3
#Tantangan10hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunSayIIP

Rabu, 25 Januari 2017

Jangan Salah Niat



Suatu hari saya posting foto bertuliskan “Jadilah Pejuang Shubuh” lalu mulai ada yang komentar, di antaranya kakak dan adik ipar. Adik ipar merasa, belum bisa konsisten menjalankan solat Shubuh berjamaah di masjid.

Malam tadi, adik ipar chat dengan suami, mengaku bahwa kemarin Shubuh sudah bisa berjamaah di masjid.


Lalu suami membalas, “Iya bagus, biar dapat istri sholehah”

Saya yang sudah biasa membaca semua riwayat chat suami, begitupun sebaliknya, ikut berkomentar.
“Lho, Bah, kok gini bilangnya? Jangan niatin biar dapet istri sholehah dong. Niatin karena Allah...”
“Yaaa kan biar dia termotivasi.” Jawab suami.
“Tapi Motivasinya harus karena Allah...” saya tetap pada pendapat awal.
“Iya. Abah salah tuh.”
Begitulah. 

#hari2

#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip