Pantai Sawarna, sudah cukup lama menjadi target kunjungan para santriwati Salsabila. Akhirnya kesampaian juga bisa menjejakkan kaki ke sana.
Diawali dengan kunjungan ke rumah santriwati asal Pandeglang, lalu menginap semalam di rumah Ustadz Taufik pada hari Sabtu, maka hari Ahad kami menuju Sawarna. Start dari rumah pukul 09.00 WIB, melalui jalan yang tidak mudah. Ya karena rute satu-satunya yang dilalui itu jalannya berkelok-kelok, naik turun sampai agak curam yang membuat kami banyak berdoa semoga mobil yang kami naiki bisa melaluinya dengan baik.
Pemandangan indah sepanjang jalan, di sisi kiri pegunungan yang serba hijau, di sisi kanan sudah tampak pesisir yang lautnya indah dengan ombak yang tampak besar. Pantai Bayah memang terkenal dengan ombaknya yang fantastis. Namanya saja Laut Selatan. Ini satu garis lurus dengan Pantai Pelabuhan Ratu.
Ada pabrik semen Merah Putih di atas laut Pantai Selatan ini. Tampak kapal-kapal hilir mudik di pelabuhan khususnya.
Semakin mendekati area pantai tujuan kami, jalanan semakin sempit, curam dan agak remang. Tanjakan dan turunannya bikin resah. Khawatir gak ketanjak aja nih mobil. Hihi.... Lalu ada monyet-monyet di pinggir jalan. Hmm... Kasihan ya mereka. Pasti heran deh daerahnya jadi banyak dikunjungi manusia.
Nah uniknya pantai Selatan Bayah ini, dikelilingi tebing karang yang begitu kokoh, jadi kita bisa duduk di saung-saung sepanjang jalan, sambil memandang pemandangan lautan luas dan pegunungan hijau. Menyenangkan sekali kan?
Oke, sampailah kami di salah satu pantai di kecamatan Bayah. Kami memilih Pantai Goa Langir. Tarif masuk per orangnya murah, Cuma Rp.5.000. Ini sifatnya tidak resmi sih, hanya ada pemuda-pemuda lokal yang menjaga di depan gerbang masuk.
Suasananya sepi. Ada beberapa penginapan dengan tarif antara 250.000-500.000 per malam. Saat kami datang, kebetulan sedang musim hujan jadi banyak sampah-sampah daun dan ranting di pantai yang pasirnya putih lembut seperti di Parangtritis.
Para santriwati langsung menuju pantai. Halaqah Tahfidz dan Inspirasi Spesial persis di pinggir laut. Dengan latar suara debur ombak dan angin laut pesisir, menjadikan suasana baru yang menyegarkan. Sayang sekali, baru sebentar bermain, hujan turun deras sekali. Kami berteduh. Sambil makan ubi bakar dan ayam bakar. Sedap sekali. Setelah sholat, mulailah kami eksplorasi goa yang ada di sekitar pantai.
Mula-mula kami memasuki Goa Langir. Goa berbentuk horizontal dan buntu. Gelap dan sempit. Terdengar suara tetesan air dari stalaktit. Bongkahan batu karang berada di tengah goa. Pantai ini benar-benar indah dan masih perawan. Terlindungi oleh perbukitan karang terjal.. Jadi, selain bisa menikmati suasana pantai, bisa juga sekalian wisata goa.
Ada goa lainnya. Goa Harta Karun, Goa Seribu Candi yang stalaktit nya menyerupai bangunan candi. Hanya, lokasinya berada di ketinggian, jadi kita harus siap memanjat, kemudian turun ke dalam goa. Track nya licin, harus hati-hati sekali.
Tentang pantainya, hmm lihat saja betapa keren perpaduan karang dan ombaknya. Menyatu dengan syahdu. Ombaknya yang lumayan besar sepertinya asyik buat surfing. Namun harus hati-hati karena katanya ada palung laut, yang kalau tidak waspada, bisa terseret ombak dan terjebak dalam Palung laut yang dalam. Makanya, ya, kalau mau berenang jangan terlalu jauh. Di pinggirnya saja sudah memacu adrenalin kok. (IMHO, hehehe)
Sekian sudah perjalanan kami. Usai mandi di laut dan ganti pakaian, saatnya menikmati mie instan hangat. Lalu pulang dan mampir di warung bakso setelah solat Maghrib. Hanya bakso biasa, padahal pengen banget bakso ikan khas Malingping yang endeeesss pisan.
Jadi Pengeeennn....ke sana.
BalasHapusSini mbak. Seru lho
BalasHapusjadi pengen juga diajak
BalasHapusSilakan datang ke Banten mas
Hapus