Cari Blog Ini
Selasa, 25 April 2017
Hujan (Tere Liye). Hujan Beneran!
Tere Liye gak salah banget ngasih judul "Hujan" untuk novelnya ini. Karena aku bener-bener hujan airmata. Nangis nyesek!
"Kenapa kamu nangis?" suamiku tanya.
"Nih, gara-gara Tere Liye"
"Masa gitu aja nangis?"
Dan akupun masih terisak-isak pada bagian hampir ending itu.
Emang ceritanya tentang apa sih, kok bisa banjir airmata gitu? Sebenernya bukan kisah cinta biasa, pasangannya meninggal atau mutusin tokohnya. Bukan. Bukan sesederhana itu. Ini rumit. Jauh lebih rumit daripada menyulam.
Kalau yang udah baca novel ini, hayooo pada hujan airmata juga gak? Atau saya aja yang baperan yah?
Jadi ceritanya begini...
Setting cerita tahun 2050an. Zaman itu teknologi maju pesat. Ada jam tangan yang berfungsi sebagai kartu debit, ada mesin pembuat baju otomatis tinggal masukin ukuran aja. Trus ada mobil terbang, ada tablet setipis kertas HVS. Semua teknologi pada zaman itu amazing banget. Pendeskripsiannya itu filmis banget, jadi kebayang kayak apa adegan per adegannya. Cuma, ya jangan sampe difilmin deh, ntar jadinya kayak sinema Indo**ar.
Tokoh utamanya Lail dan Esok. Mereka selamat dari bencana gunung meletus saat berada dalam kereta bawah tanah. Ibu Esok tewas, dan keempat kakak Esok juga tertimbun kapsul kereta. Zaman itu, kereta cepat gak nempel di rel. Jadi terbang aja gitu.
Esok nolongin Lail, trus mereka tinggal di pengungsian. Esok anak genius dalam hal permesinan. Jadi dia diadopsi oleh Walikota untuk disekolahkan setinggi mungkin. Sementara Esok tinggal di Panti Sosial. Dia yatim piatu sekarang.
Mereka jadi dekat, tapi digambarinnya itu lucu banget. Malu-malu mau, gak berani telepon, dan segala keseruan jatuh cinta anak ABG zaman dululah. Bukan ABG zaman sekarang yang kalau suka seseorang, diumbar di status FB. Berani buat chatting telpon video call gak abis-abis. Lail dan Esok saling mencintai tapi disimpen dalam hati, gak saling tahu. Segitu teknologi canggih, telepon aja cuma tiga kali selama 4 tahun!
Lail jadi relawan bencana alam. Esok sibuk bikin proyek besar untuk masa depan, sampai sibuk banget gak bisa mudik.
Ada rasa cemburu saat Esok dekat dengan Claudia, anak pak Walikota. Claudia cantik dan baik. Kayak Princess. Sedangkan Lail tak secantil Claudia.
Lail punya sahabat dekat namanya Maryam yang selalu bersamanya kemanapun. Maryam ini tokoh yang menghidupkan cerita. Dia humoris, kocak banget. Ada kalimat-kalimat yang bikin terpingkal-pingkal, padahal sebelumnya aku nangis kayak Anandhi ditinggal Jagdis.
"Aku ini kan cuma dayang-dayang berambut kribo"
Juga obrolan dia sama taksi
"hei mobil kamu bisa terbang gak?"
Giliran dia diantar mobil walikota tanpa sopir,
"mobil, kamu bisa terbang gak?"
Bisa.
"kenapa gak dari restoran aja kamu terbangnya!"
Kocak, padahal kan Lail lagi cemburu banget, kesel, baper, eh malah Maryam ngeributin mobil terbang.
Lalu, bagian mana yang nyesek itu?
Saat Lail didatangi walikota, dan Walikota memohon dengan sangat agar Lail memberikan satu tiket dari Esok untuk Claudia. Kalau aja walikota orang jahat, gampang aja menolaknya. Nah ini baiiiiik banget. berjasa besar dalam karier Esok. Mau nolaknya juga kepiyeeeee? Di situlah saya nyesek! Lah aku cinta sama yayangku, kok ini ayah angkat yayangku nyuruh aku ikhlasin tiket masa depan itu untuk putrinya. Artinya, aku kudu ngiklasin yayangku dengan putrinya. Gek aku mati dewe di bumi yang menuju kehancuran ini????
Wait. Ini tiket masa depan opo to maksude?
Dunia dilanda musim panas ekstrem, disebabkan oleh intervensi stratosfer oleh negara-negara subtropis. Pasca gUnung meletus, negara subtropis dilanda musim dingin ekstrem. Lalu diintervensilah itu lapisan stratosfer, wusss negara subtropis kembali hangat. Tapiii musim dinginnya pindah ke negara tropis. Salju turun. Gantian negara tropis yang intervensi. Jadinya 6 bulan kemudian, kekeringan melanda. Parah banget.
Nah Esok, membuat mega proyek pengungsian ke luar angkasa dengan naik kapal antariksa. Cuma ada kuota 10.000 orang perkapal. Total ada 4 kapal di seluruh dunia. Esok dapet dua tiket. Lail dak dapet, tapi pasti Esok ngasih tiket itu ke dia. Makanya walikota mohon banget agar Claudia yang pergi, biar jangan mati di bumi.
Tapi, sampai satu jam sebelum kapal berangkat, Esok gak ngasih kabar apa-apa ke Lail. Jadi berangkat gak sih? Ya gimana gak galau. Tiba-tiba walikota datang bilang makasih atas tiketnya untuk Claudia. Lail gak melakukan apa2! Jadi, Esok udah milih Claudia? ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
Maka Lail pergi ke Pusat Terapi Saraf. Mau menghapus ingatannya tentang hujan. Yang artinya, dia akan lupa dengan Esok. Siapa Esok? Zaman itu canggih, kita bisa menghapus memori tidak menyenangkan. Memori kesedihan, hanya dengan sebuah mesin. Kamu mau coba?
Trus endingnya gimana? aku gak mau cerita ah.... Hehe
Seorang ibu rumah tangga, suka menulis, suka membaca, suka sejarah, suka petualangan....
Minggu, 23 April 2017
Malulah Pada Yasmin
“Wah selamat ya bukunya udah terbit. Hebat kamu, udah jadi penulis. Saya masih aja jadi penonton, belum menghasilkan karya apa-apa.” Pernah dengar kalimat seperti ini?
Ya, memang sering yah kita dengar ungkapan kekaguman atas karya orang lain. Lalu menatap diri, apa yang sudah dilakukan?
“Omong kosong kalau kita Cuma jadi penonton! Setiap kita adalah penulis, Cuma males atau rajin?” teman yang lain berkomentar gamblang.
Hari ini, di acara World Book Day yang bertempat di Rumah Dunia, seorang gadis kecil bernama Yasmin, membuat saya berlinangan air mata. Yasmin anak berkemampuan khusus. Duduk di atas kursi roda, saat menceritakan tentang proses kreatifnya menulis, ayahnya menerjemahkannya. Sudah ada TIGA buku yang diterbitkan. Buku pertamanya, My Story in Holland merupakan buku hariannya yang diterbitkan.
Yasmin butuh waktu setidaknya enam bulan paling cepat, dan satu tahun paling lama untuk menghasilkan sebuah buku. Ia mengetiknya sendiri, dengan keterbatasannya. Yasmin menunjukkan pada kita, bahwa keterbatasan diri bukanlah hambatan untuk menulis.
Lalu, jika sekarang ada orang dewasa yang tidak memiliki “kemampuan khusus”, beralasan tidak bisa menulis, tidak punya waktu menulis, tidak mood, tidak percaya diri, tidak punya komputer, repot ngurus anak, tidak punya waktu, tidak inilah tidak itulah segudang alasan, malulah pada Yasmin. Sebab masalah terbesarnya bukan tidak ini tidak itu, tapi mau atau tidak mau. Rajin atau malas, yah, seperti kata teman saya yang kalau komentar selalu gamblang itu. Yasmin begitu tekun dan sabar, menulis selama setahun demi jadinya sebuah buku.
Bagaimana ayah dan ibunya mendidiknya? Biasa. Ayah ibunya mendidiknya sama seperti adik-adik Yasmin. Ayah yang selalu menjawab semua pertanyaan Yasmin tentang kepenulisan. Ibu yang sabar menerima kondisi putrinya itu, melupakan kekurangan dan fokus pada kelebihan. Yasmin memang didukung oleh keluarganya untuk berkembang menjadi lebih baik.
Lalu, apa kita harus baper kalau lingkungan keluarga tidak mendukung? Jangankan menjawab semua pertanyaan tentang dunia menulis, saya dulu dinyinyirin oleh orangtua saya. “ngapain jadi penulis. Kayak bisa aja.”. Waktu coba kirim novel ke penerbit, ditanyain terus. “mana, terbit gak? Lama amat.” Yah walaupun beberapa bulan kemudian akhirnya datang jawaban penerbit, yang isi suratnya diawali dengan mohon maaf, diakhiri dengan “coba kirim lagi naskah yang lebih layak.” Tapi kita menjadi penulis bukan untuk sekarang saja. Kita menulis berkelanjutan, jadi jangan baper sama komentar orang walaupun itu orang terdekatmu. Harus tahan banting, tahan kritikan, jangan purik.
“Membaca mengubah dirimu, menulis mengubah dunia.” Slogan ini jadi tema WBD di Rumah Dunia kali ini. Nah, semoga menginspirasi.
Salam Literasi,
Yuni Astuti
Label:
Inspirasi,
motivasi menulis
Seorang ibu rumah tangga, suka menulis, suka membaca, suka sejarah, suka petualangan....
Jumat, 21 April 2017
Saimdang Review #5
Episode kali ini bikin baper. Gimana enggak? Saimdang ini lagi jadi buronan kerajaan, bisnisnya ditutup dan aset-asetnya disita, eh malah suaminya itu mesra-mesraan sama istri barunya di rumah Saimdang. Nyuri lukisan Saimdang lagi! Gak peduli anak-anaknya pada nangis. Eleuh itu laki-laki dasaaar yaaah! Kenapa sih Saimdang gak minta cerai aja, lagian suaminya juga gak bertanggung jawab. Cuma jadi benalu. Di mata anak-anaknya juga udah gak ada wibawanya. Duh. Naif. Tapi itu pilihan dia. Ngapain juga gue yang rempong. Lagian ini kan cuma drama. Suka-suka penulis skenarionya lah. Haha.
Akibatnya Saimdang nangis, trus naik gunung Keumkang buat ngelukis. Ngilangin baper dengan cara naik gunung, asal jangan lompat ke jurang aja sih. Jadi, melukis di gunung Keumkang ini merupakan cita-citanya sejak remaja. Bahkan dulu janjian sama Lee Gyeom buat naik gunung bareng setelah menikah. cocwit? Yah anggep aja begitu.
Lho, emang kenapa Saimdang jadi buronan kerajaan? Jadi gini ceritanya Gaess.... Saimdang itu menang kompetisi untuk melukis potret raja. Karena dia perempuan, jadi diprotes sama para cendekia Konfusius dan para pejabat. Raja sih woles aja dilukis sama Saimdang, rupanya ada maksud. Setelah lukisan jadi dan dipamerkan, terjadi demo besar-besaran oleh para cendekia itu.
Raja ini, sangat ambisius sama tahta. Demi memertahankan kursi, gak segan-segan bunuh orang. Masih inget kan dulu ayahnya Saimdang dibunuh juga sama raja. Sekarang Saimdang mau bunuh Saimdang dan Lee Gyeom juga. Alasannya karena raja kalah pamor sama mereka. Di mata rakyat, Saimdang itu penyelamat mereka. Ngasih makan, ngasih pekerjaan, ngasih pendidikan dan rumah di saat mereka jadi gelandangan. Sedangkan raja cuma sibuk ngurusin tahta. Nah, rajanya baper tuh. Lee Gyeom juga tenar karena bikin sanggar belajar buat semua kalangan rakyat. Ih, gitu ya penguasa, demi kursi, tega menyakiti rakyatnya.
Lee Gyeom nyusul Saimdang ke gunung. Mereka ngelukis bareng. Di sinilah uniknya Saimdang, meski galau berat sama masalah di rumah, dia nggak pernah sekalipun curhat sama Lee Gyeom. Ciyeee takut ntar CLBK dan selingkuh kali ya. Tapi Saimdang memilih untuk menjadi ibu, demi anak-anak. Walaupun sempat berpikir bakal balikan Lagi sama Lee Gyeom. Dia ngaku sih kalau masih saranghae sama Lee Gyeom, tapi biarlah itu masa lalu. Semoga aja di kehidupan selanjutnya bisa bersama lagi.
Yang paling ngenes ya Lee Gyeom. Masih stuck aja sama Saimdang. Wes tho Mas Gyeom, ndang cari calon istri gih. Umur udah berapa Tuh. Gak kelar2 bapernya. Move on dong..... Gak enak jadi jomblo tau.
Akibatnya Saimdang nangis, trus naik gunung Keumkang buat ngelukis. Ngilangin baper dengan cara naik gunung, asal jangan lompat ke jurang aja sih. Jadi, melukis di gunung Keumkang ini merupakan cita-citanya sejak remaja. Bahkan dulu janjian sama Lee Gyeom buat naik gunung bareng setelah menikah. cocwit? Yah anggep aja begitu.
Lho, emang kenapa Saimdang jadi buronan kerajaan? Jadi gini ceritanya Gaess.... Saimdang itu menang kompetisi untuk melukis potret raja. Karena dia perempuan, jadi diprotes sama para cendekia Konfusius dan para pejabat. Raja sih woles aja dilukis sama Saimdang, rupanya ada maksud. Setelah lukisan jadi dan dipamerkan, terjadi demo besar-besaran oleh para cendekia itu.
Raja ini, sangat ambisius sama tahta. Demi memertahankan kursi, gak segan-segan bunuh orang. Masih inget kan dulu ayahnya Saimdang dibunuh juga sama raja. Sekarang Saimdang mau bunuh Saimdang dan Lee Gyeom juga. Alasannya karena raja kalah pamor sama mereka. Di mata rakyat, Saimdang itu penyelamat mereka. Ngasih makan, ngasih pekerjaan, ngasih pendidikan dan rumah di saat mereka jadi gelandangan. Sedangkan raja cuma sibuk ngurusin tahta. Nah, rajanya baper tuh. Lee Gyeom juga tenar karena bikin sanggar belajar buat semua kalangan rakyat. Ih, gitu ya penguasa, demi kursi, tega menyakiti rakyatnya.
Lee Gyeom nyusul Saimdang ke gunung. Mereka ngelukis bareng. Di sinilah uniknya Saimdang, meski galau berat sama masalah di rumah, dia nggak pernah sekalipun curhat sama Lee Gyeom. Ciyeee takut ntar CLBK dan selingkuh kali ya. Tapi Saimdang memilih untuk menjadi ibu, demi anak-anak. Walaupun sempat berpikir bakal balikan Lagi sama Lee Gyeom. Dia ngaku sih kalau masih saranghae sama Lee Gyeom, tapi biarlah itu masa lalu. Semoga aja di kehidupan selanjutnya bisa bersama lagi.
Yang paling ngenes ya Lee Gyeom. Masih stuck aja sama Saimdang. Wes tho Mas Gyeom, ndang cari calon istri gih. Umur udah berapa Tuh. Gak kelar2 bapernya. Move on dong..... Gak enak jadi jomblo tau.
Label:
Drama Korea,
Kontemplasi,
Saimdang
Seorang ibu rumah tangga, suka menulis, suka membaca, suka sejarah, suka petualangan....
Senin, 10 April 2017
Saimdang Review #4
Who is Whieumdang?
Sepintas namanya mirip-mirip Saimdang ya, ada dang dangnya gitu. Tapi beda. Beda banget. Jadi begini...
Whieumdang ini saat remajanya, suka banget sama Lee Gyeom, tapi baper gara-gara Lee Gyeom cinta mati sama Saimdang. Tragedi bermula ketika Whieumdang disuruh nganter surat dari Saimdang buat Lee Gyeom tapi gak disampaikan. Akibatnya, surat yang isinya ngajak ketemuan itu dia pegang sendiri. Saimdang nungguin Lee Gyeom gak dateng-dateng, jadi perginya sama Whieumdang (namanya waktu itu Sak Soon, ada ceritanya kenapa berubah jadi Whieumdang).
Mereka pergi ke Unpyongsa. Rupanya di sana ngelihat para pejabat pemerintahan lagi pesta, sementara rakyat di sekitar mereka kelaparan. Bajunya kumal, sampai-sampai ada yang mencuri roti. Sama Min Chi Hyung, orang yang nyuri itu dibunuh. Mati. Rakyat marah, ngamuk, malah dibunuhin semua sama Min Chi Hyung dan pasukannya. Kuil Unpyong dibakar, ancur semua. Saimdang kabur, tapi keburu pingsan. Digendong sama Sak Soon. Lee Gyeom yang baru sadar Saimdang pergi sendirian, segera ngejar. Ketemu di tengah hutan. Yang ditolongin cuma Saimdang. Sak Soonnya kayak gak keliatan gitu. Jadi ditinggal sendiri di tengah hutan, mungkin ada macannya.
Malem-malem ketemu Lee Gyeom yang lagi nyari tabib, Sak Soon bilang bahwa dia juga terluka, tapi Lee Gyeom cuma ngasih uang buat beli salep.
Karena ada masalah apalah apalah gitu di pemerintahan, tentang syair buatan raja yang misalnya kalau tersebar bakal melengserkan jabatannya gitu embuhlah ribet banget masa gara-gara syair aja rempong. Nah, Saimdang kan udah dilamar sama Lee Gyeom, udah tinggal nikah aja tapiiiii kalau sampai mereka menikah, nyawa mereka gak aman. Jadi Saimdang memohon ke orangtuany supaya dinikahkan dengan siapapun asal jangan Lee Gyeom.
Jadilah dia nikah sama Lee Won Su yang kurang akal itu. Sedangkan Lee Gyeom hidup mengembara. Disuruh nikah gak mau. Digosipin homo.
Sak Soon, penyebab kekacauan hubungan cinta Saimdang dan Lee Gyeom, mengabdi ke Min Chi Hyung, sang penjahat. Sak Soon jadi pembokatnya. Suatu hari, karena ayah mertua Min Chi Hyung terlibat makar, maka istrinya dibunuh pake racun oleh Sak Soon. Sejak itu Sak Soon jadi istrinya, ganti nama jadi Whieumdang (Whieum: kematian, Dang: perempuan yang menyaksikan). Statusnya berubah jadi istri bangsawan sejak dia pindah ke kota Hanyang.
Dia kan jago ngelukis juga, maka terkenallah dia sebagai pelukis jenius. Dia jadi bos percetakan kertas. Kertas Goryeo diceritakan sangat bagus kualitasnya, tak akan lapuk ditelan masa. Di sinilah... saya akan ceritakan, bagaimana keluarga Whieumdang.
Min Chi Hyung sangat berambisi anak sulungnya jadi PNS, makanya tiap hari disuruh makan timun (apa hubungannya? silakan dicari). Anaknya, Ji Gyoon, itu selalu juara kelas. Para ibu dari murid di sekolah itu bikin grup wali kelas yang punya peraturan sendiri, jadwal kumpul sendiri, yang sampai ngatur-ngatur peraturan sekolah tersebut. Anaknya Saimdang pengen masuk sekolah itu, karena gak punya icis jadi sulit diterima sama ibu2 rempong tadi. Intinya masuk kelas deh ya, dan jadi juara kelas. Habis deh itu Ji Gyoon dihukum sama bapaknya. Dipukuli pake rotan sampe merah.
Pokoknya anaknya gak boleh kalah! Harus juara kelas!
Whieumdang ini tipe perempuan cerdas, yang menikah sama orang bejat. Ibaratnya sekarang, istrinya itu sosialita yang baju2nya mewah, suaminya korupsi. Min Chi Hyung menyuap banyak pejabat kementrian supaya bisnis percetakan kertas Whieumdang lancar jaya...Dia juga memonopoli perdagangan kertas.
Tapi, sikap Min Chi Hyung ke Whieumdang ini kayak juragan ke budak. Kasar banget. Gak segan mukul, nampar, ngancem, nyekek. Beda banget ya sama suaminya Saimdang. Trus, waktu korupsi kertasnya ketahuan, Min Chi Hyung dihukum dengan cara diasingkan. Whieumdang masih juga dikasari, kenapa nggak segera bebasin suaminya. Udah dua tahun. Kelihatan banget, Whieumdang itu tertekan, stress jadi istri bangsawan. Hidupnya penuh kepura-puraan. Kasian banget (saya nebaknya sih nanti menjelang ending dia bakal tobat dan jadi tokoh baik, caranya? Gampang, ganti aja make up dan gaya rambut, ntar berubah jadi tokoh baik).
Dari tekanan suaminya, kelihatan wajar sih dia jahatin Saimdang. Tapi....sejak semula juga dia udah jahatin Saimdang. Ah emang cinta bisa membutakan mata hati...
Berbagai macam konspirasi dia lakukan untuk menyengsarakan Saimdang, dan selalu gagal karena.... karena penulis skenarionya nulis demikian.
Label:
Drama Korea,
Kontemplasi,
Saimdang
Seorang ibu rumah tangga, suka menulis, suka membaca, suka sejarah, suka petualangan....
Saimdang Review #3
Kemarin Saimdang membawakan pakaian dalam untuk suaminya. Ternyata bungkusan pakaian itu disimpan saja oleh si Kwon (madunya Saimdang), katanya lupa ngasih ke suaminya. Dibukalah sama suaminya ini. Ada suratnya!
isinya kira2 gini:
"Kwon, suamiku ini orangnya doyan makan. Dia suka makan walaupun udah kenyang. Tengah malam juga suka kelaparan, makanya selalu sediain teh dan camilan. Kalau gak gitu, dia gak bisa bobo. Kwon, suamiku kulitnya sensitif, jadi pakaian dalamnya harus bersih. Disetrika dan disterilkan dari kuman. Kalau gak gitu, dia bisa ruam popok, eh maksudnya ruam bentol-bentol. Kalau udah telanjur ruam, obatnya ini ini ini yah. direbus dan diminum."
Nangislah itu suaminya Saimdang, terharu dia. Ternyata sebegitu perhatiannya Saimdang yah...
*isi surat itu bahasanya udah saya sesuaikan, jadi gak persis gitu kok.
Pernah suatu hari, Lee Gyeom si mantannya Saimdang bilang apaaa gitu hal jelek tentang suaminya Saimdang eh dijawab gini
"Jangan ngomong gitu. Dia tuh ayah yang baik. Suka bercanda dan bermain dengan anak2. dia menerima anak2nya dengan tulus." padahal suaminya ini digambarkan begitu oon, ujian CPNS aja gagal terus sampai 21 tahun tapi Saimdang gak bosen tuh biayain suaminya buat belajar dan ujian CPNS. xixixi...
Saimdang dan anak-anaknya. Saimdang Sosok Ibu Profesional
Kenapa gitu? Saimdang melakukan apa kepada anak-anaknya?
Jadi, di tengah banyak rintangan kehidupan, Saimdang adalah sosok ibu yang dikagumi anak-anaknya. Dia pelukis genius, hasil lukisannya tampak hidup (orang zaman sekarang mungkin nyebutnya 3D ya).
Anak-anaknya sukses di bidangnya masing2. Ada yg ngikutin jejaknya sebagai pelukis, ada yg cerdasnya banget-banget jadi cendekia, ada yg ajaib di usia 3 tahun udah bisa baca dan tulis. Tapi ada satu anaknya yg merasa gak pandai dalam berbagai hal. Maka di setiap pelajaran selalu rendah nilainya. Anak itu bilang kalau dia gak mau sekolah, dan merasa berbakat di bidang pandai besi. Saimdang mengiyakan. Gak apa-apa, jadi pandai besi pun bermanfaat.
Akhirnya semua melejit dengan kecerdasan masing2. Itu karena Saimdang gak memaksa anaknya harus jadi apa, sebaliknya dia selalu mendukung apa yang anak2nya kuasai. Dengan tetap membimbingnya.
Jadi ibu profesional itu gak lantas hanya sibuk ngurusin anak dan suami. Saimdang juga tetap menjadi dirinya sendiri. Melukis adalah passionnya. Kalau udah ngelukis, dia betah berjam-jam. Dia menguasai banyak hal tentang warna alami untuk dijadikan tinta. Lukisannya begitu halus dan detail, seperti nyata. Sebab dia selalu mengasahnya sejak kecil. Walaupun sempat vakum sangat lama tersebab suatu hal, dia memulai kembali karena panggilan hati. Panggilan jiwanya sendiri. Dengan tetap menjadi dirinya sendiri, Saimdang melejit, hebat, anak2nya bangga kepadanya.
Oya, sampai di episode 22 ini, meski Saimdang diceritakan masih ada sisa2 rasa cinta buat Lee Gyeom, tapi sukses digambarkan bahwa mereka biasa-biasa saja. Nggak ada tuh yang namanya selingkuh atau CLBK. yaa paling2 cuma senyum tipis aja, waktu mau dipegang pipinya dia menampik. Jadi bisa menjaga dirinya dengan baik.
Nah, kalau kisah rumah tangga Saimdang penuh perhatian dan ketulusan serta penghormatan, lain lagi dengan kisah rumah tangga Whieumdang dan Min Chi Hyung. Bagaimanakah kisahnya? Next akan dilanjutkan menulisnya...
Trims buat yang berkenan baca...
Label:
Drama Korea,
Kontemplasi,
Saimdang
Seorang ibu rumah tangga, suka menulis, suka membaca, suka sejarah, suka petualangan....
Saimdang Review #2
Saimdang punya cinta pertama yang tak sampai. Lee Gyeom namanya. Masih jomblo, karatan saking gak mau nikah sama perempuan manapun. saking ga bisa move on dari Saimdang padahal Saimdang udah punya 4 anak. Kasian ya Lee Gyeom, sampe dikira homo.
Kalau mikir hati sih, yaudah sih Saimdang, mumpung elo dikhianati suami. Cerai aja. Udah cerai ajaaa trus nikah sama Lee Gyeom, udah mah tampan, pinter, kerabat raja pula.
Eh tapi Saimdang malah memohon ke suaminya supaya jangan diceraikan. gak papa deh dimadu, asal anak2 tetap menganggap ayahnya sebagai ayah yang baik. sesekali pulang dan tengoklah mereka.
Duh yaaah kalau Saimdang hidup di zaman sekarang, pasti dia udah update status nggerung2 deh minta dukungan para emak.
Tapi dia tetap bijaksana ketika bilang ke anak2nya bahwa ayahnya itu lagi sibuk dengan pekerjaannya sehingga jarang pulang.
Lah suatu hari Saimdang datengin selingkuhan suaminya, bawain pakaian dalem. Kata selingkuhannya yang mencoba bersikap ramah itu, "kalo pakaian dalem mah saya juga bisa nyiapin. kakak, harusnya kakak berterima kasih sama saya. karena saya udah bantuin ngurus suami kakak. kan, ngurus laki-laki itu sama kayak membesarkan anak kecil. kalau dia sering sama saya, kakak jadi punya banyak waktu untuk melukis. iya kan kak?"
Etdah ini cewek gemesin amat minta dijambak ya?---
Trus nih, kata Saimdang,
"melihatmu sekarang, aku baru paham kenapa manusia diciptakan dengan dua lubang hidung."
nah, itu dia yg bikin saya bingung sampe sekarang. maksud kalimat Saimdang itu apa ya?
baru denger istilah itu. kalau istilah dua telinga dan satu mulut udah biasa ya. tapi dua lubang hidung maksudnya apaan?
Label:
Drama Korea,
Kontemplasi,
Saimdang
Seorang ibu rumah tangga, suka menulis, suka membaca, suka sejarah, suka petualangan....
Saimdang Review #1
Saimdang itu istri yang sangat bijaksana, memperhatikan dan menghormati suaminya dengan tulus. Meski suaminya pengangguran 21 tahun lamanya. Saimdang yang bekerja menjadi tulang punggung, sambil membesarkan dan mendidik anak-anaknya. Suatu ketika suaminya yang jarang pulang itu ketahuan selingkuh. Selingkuhannya tengah berbadan dua.
Saimdang sedih, tapi tidak ngamuk. Dia mencoba tegar dan hanya menangis di pojokan.
Sampai suatu saat semua lukisannya dicuri suaminya untuk dijual dan uangnya diberikan ke selingkuhannya. Saimdang baru mau melabrak. Namun... dia hanya terpaku diam menahan tangis. Bertanya ke suaminya, bisa gak ninggalin selingkuhannya (atau istrinya ya? gak paham gimana adat Korea waktu itu) tapi suaminya bilang bahwa dia nggak bisa ninggalin selingkuhannya.
Saimdang tanya, apa yang kamu suka dari dia?Suaminya akhirnya menjawab, "Semuanya. Saya suka semuanya. Dengannya, aku merasa nyaman. Aku bisa bebas buang angin dan sendawa dengan bebas. Tapi denganmu, aku merasa kecil. Di hadapanmu, aku merasa tercekik, kesepian dan sendirian. Aku merasa kecil, dibandingkan kamu yang punya banyak kelebihan dan keterampilan. Sekarang saya tanya, kamu mencintaiku gak? Apa kamu pernah mencintaiku sebagai seorang pria?"
Saimdang mengakui, bahwa dia hanya menghormati suaminya. Tanpa menjawab iya atau tidak mencintainya.
Suaminya sadar, bahwa dia hanya memiliki raga Saimdang, tidak cintanya.
"Aku butuh istri yg bisa memberikanku kenyamanan. Bukan istri yg ibarat guru."
Di episode ini, aku menjadi mengerti....bahwa suami tidak hanya butuh penghormatan dan perhatian, tapi kenyamanan dan cinta, serta membuatnya tidak merasa kecil atas segala kelebihan istrinya. Itu artinya, suami dan istri harus saling bersinergi, bekerja sama untuk saling menyamankan diri, mengupgrade kemampuan diri sesuai perannya masing-masing. Jangan terbalik. Kalau hati sudah tak nyaman, perselingkuhan pun bisa menjadi alasan yang dibenar-benarkan sendiri.
to be continue....
Label:
Drama Korea,
Kontemplasi,
Saimdang
Seorang ibu rumah tangga, suka menulis, suka membaca, suka sejarah, suka petualangan....
Langganan:
Postingan (Atom)