Cari Blog Ini

Rabu, 21 Maret 2018

Motivasi Menulis dari Drama Waikiki

Drama Waikiki Eps 11 berkesan sekali buat kita yang merasa senang menulis, tetapi belum makmur seperti penulis terkenal. Makmur secara finansial maksudnya. Karena seperti yang kita tahu, jadi penulis itu sebuah proses. Kalau mengharapkan bisa langsung jadi penulis hebat dalam waktu singkat dan uang datang berlimpah ya mending putar haluan aja jadi tukang tahu bulat. Dijamin kaya raya apalagi kalau jual sotong dan baso goreng juga.





 

Soo Ah menganggap hidup Du Shik memprihatinkan karena Du Shik hanya menulis novel online tanpa dibayar. Tapi Du Shik melakukannya karena dia hanya suka menulis.

Simak kelanjutan percakapan mereka: 






 

Meski orang lain meremehkan pekerjaan menulis yang kadang tak ada hasilnya berupa uang, selama kita bahagia melakukannya ya tak usah peduli apa kata orang. Terlebih lagi bagi saya pribadi, menulis itu berarti sedang membuat warisan sejarah untuk anak cucu saya kelak. Supaya mereka bisa mengenal leluhurnya meski saya sudah hancur bersama tanah. Amal jariyah. Jangan lupakan itu.


Selasa, 20 Maret 2018

Blogger Pancasilais

Belakangan ini kita banyak mendengar orang berkata tentang apa itu Pancasila, menurut penafsiran masing-masing. Seseorang merasa dirinya paling Pancasilais dengan kriteria yang mereka bangun sendiri. Sekadar hafal teks Pancasila maka dianggap sudah selesai. Tidak.

Siapa manusia Indonesia yang paling Pancasilais kini? Saya merenung cukup lama, sangat lama. Apakah seorang yang senantiasa berteriak "Mari junjung tinggi nilai-nilai Pancsila!" sudah bisa disebut sebagai manusia yang Pancasilais? Atau yang kemana-mana menyebarluaskan slogan "Kembalikan Ideologi Pancasila!" sudah lebih hebat dibanding masyarakat negeri ini yang bahkan tidak hafal sila-sila Pancasila itu sendiri? Ah, bahkan masih banyak yang buta aksara tampaknya.

Kemkominfo bekerja sama dengan Provinsi Banten menyelenggarakan Flash Blogging dengan tema "Mengimplementasi Nilai-nilai Pancasila dalam Bermedia Sosial", mempertemukan para blogger se-Banten pada hari ini, 20 Maret 2018 yang bertempat di Hotel Le Dian, Serang. Bertujuan agar para blogger bisa bijak dalam bermedia sosial.

Bermedia sosial juga harus menerapkan nilai-nilai Pancasila, bukan asal nulis yang bisa jadi mengandung hoax. Berita hoax memang berpotensi memviralkan sebuah tulisan, tetapi apa manfaatnya bagi masyarakat? Telur palsu, beras plastik, dan sebagainya, hanya membuat masyarakat panik dan merugikan banyak pihak.



Dalam acara tersebut, Banyumurti memaparkan bagaimana cara menyusun blog. Desain, fitur dan yang tak kalah penting yaitu konten. Konten blog yang baik adalah yang dibutuhkan oleh masyarakat dan kita senang saat menulisnya.

"Jangan ngeblog kalau nggak happy." begitu ungkapnya.

Selain itu Banyu juga menjelaskan empat faktor penting dalam menulis di blog, yaitu:
* Listen : Dengarkan apa yang terjadi di masyarakat, apa yang menjadi isu. Maka tulislah itu.
* Focus: Kita harus fokus menulis kategori dalam blog kita, misalnya: kuliner, parenting, pendidikan.
* Consistent: Yang tak kalah penting adalah konsistensi dalam menulis.
* Unique: Kita menjadikan blog kita unik, punya branding yang catchy.

Panelis kedua, Diasma Sandi Swandaru menjelaskan dengan penuh semangat tentang "dakwah Pancasila". Termasuk dalam menulis blog pun, kita jangan melupakan nilai-nilai Pancasila. Sebab menurutnya, Pancasila saat ini sudah mulai hilang dari pelajaran formal sekolah.


Tiba-tiba saya teringat pada sosok seorang pemuda yang wafat 49 tahun yang lalu, Soe Hok-gie. Dia mempertanyakan siapa manusia yang paling Pancasilais dan patriotis? Dia yang kecewa karena teman-teman seperjuangannya ternyata oportunis dengan mengambil jabatan di sisi Pemerintahan yang baru. Maka menurutnya, tidak akan bisa disebut Pancasilais jika seorang aktivis sudah memasuki dunia kekuasaan, sebab mereka akan tidak objektif mengkritik penguasa dengan segala kebijakannya.

Baginya seorang aktivis adalah seperti koboi, yang datang menyelamatkan kekacauan di suatu kota, lalu pergi setelah kota itu damai kembali.

Begini kutipan dari kalimat Soe Hok-gie:

"Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung."

Zaman now begini, zaman ketika hampir semua orang ingin menjadi yang terdepan dalam mereportase suatu peristiwa, sudah seharusnya menjadi blogger yang punya idealisme demi menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Bukan menyebarkan berita bohong dan provokasi.

Jadilah blogger Pancasilais, menulis untuk kebaikan.

 



#flashbloggingbanten



Selasa, 06 Maret 2018

Makna Pernikahan-Part 2




6/31


"Menurut Yuni, pernikahan itu apa?" Tanya sang pengantin baru padaku.

Aku tak segera menjawab. Kali ini, aku akan menuliskannya. Makna pernikahan, bagiku.

Pernikahan adalah persahabatan sejati lelaki dan perempuan yang direstui Allah dan penduduk semesta. Bila akad nikah telah terucap, setan akan berusaha sekuat mungkin untuk memisahkan mereka.

Pernikahan adalah saling berbagi dan melihat diri kita sendiri secara lebih jujur. Siapa diri kita sebenarnya.

Suami/istri, adalah garwa (sigaraning nyawa) atau belahan jiwa. Yang jika sudah saling mengenal, tanpa dia mengungkapkan apa maunya dan apa yang dipikirkannya, kita sudah tahu.

Saya lebih senang memaknainya seperti itu. Pernikahan bukan tentang aku atau kamu yang berkuasa. Bukan tentang aku atau kamu yang harus mengerjakan ini dan itu. Akan tetapi, pernikahan serupa sahabat yang mau saling memikul dan menopang ketika salah satunya lemah. Hingga nanti tutup usia. Hingga nanti bisa bertemu di surga-Nya.

#RBMenulisBanten
#ODOP31Hari
#TantanganMenulis

Senin, 05 Maret 2018

Makna Pernikahan- Part 1



5/31

Seorang perempuan berusia 35-an beranak tiga itu tampak selalu ceria dan humoris. Kadang latah "eh macan urip!" jika dipanggil secara mendadak. Dia bercerita tentang awal mula pernikahannya dengan sang suami yang duda beranak dua.

"Teteh dulu perawan, kok mau nikah sama duda yang punya anak?" Tanyaku.

"Orang zaman dulu mah, namanya dijodohin sama orang tua. Jadi segan buat menolaknya."

"Cinta gak Teh?"

"Nggak. Sampe sekarang juga nggak."

"Lho kok gitu sih Teh?"

"Nggak cinta, tapi sayang. Lebih baik sayang daripada cinta. Cinta mah kayak gitu doang. Kalo sayang, kan, selamanya."

Hm... Iya, itulah makna sakinah mawaddah warohmah. Sakinah artinya tenang, mawaddah artinya kasih dan rohmah artinya sayang. Maka meski sang suami sudah beranjak tua sedangkan istri masih enerjik, ya tetap setia sama suaminya. Bisa jadi penampilan suami sudah tak menarik untuk dicintai, tapi dengan adanya kasih dan sayang, istrinya selalu sabar bersamanya. Begitu pula sebaliknya, maka kalau ada suami yang woles aja dengan istrinya yang dulunya cantik langsing berubah jadi ndutz, gak usah heran. Itu karena ada kasih sayang di antara mereka.

Rumah tangga mungkin tak selamanya adem ayem dan tenang (sakinah), tapi masih ada mawaddah dan rohmah yang menahan pasutri untuk melakukan hal-hal keji (misal: KDRT, cerai). Pernah bertengkar dengan pasangan? Pernah ngambek berhari-hari? Pernah kabur ke rumah orangtua? Atau pernah curhat masalah rumah tangga ke orang lain? Itu tandanya rumah tangga sedang tidak sakinah. Tapi masih peduli untuk memasak buat suami, masih mau mencucikan bajunya, masih taat saat diperintah meski cemberut, masih cemas ketika suami di luar kehujanan atau nggak, dan kepedulian lainnya. Itu tandanya rumah tangga yang masih diliputi mawaddah dan rohmah. Maka berbahagialah....

#RBMenulisBanten
#ODOP31Hari
#TantanganMenulis