Siapa manusia Indonesia yang paling Pancasilais kini? Saya merenung cukup lama, sangat lama. Apakah seorang yang senantiasa berteriak "Mari junjung tinggi nilai-nilai Pancsila!" sudah bisa disebut sebagai manusia yang Pancasilais? Atau yang kemana-mana menyebarluaskan slogan "Kembalikan Ideologi Pancasila!" sudah lebih hebat dibanding masyarakat negeri ini yang bahkan tidak hafal sila-sila Pancasila itu sendiri? Ah, bahkan masih banyak yang buta aksara tampaknya.
Kemkominfo bekerja sama dengan Provinsi Banten menyelenggarakan Flash Blogging dengan tema "Mengimplementasi Nilai-nilai Pancasila dalam Bermedia Sosial", mempertemukan para blogger se-Banten pada hari ini, 20 Maret 2018 yang bertempat di Hotel Le Dian, Serang. Bertujuan agar para blogger bisa bijak dalam bermedia sosial.
Bermedia sosial juga harus menerapkan nilai-nilai Pancasila, bukan asal nulis yang bisa jadi mengandung hoax. Berita hoax memang berpotensi memviralkan sebuah tulisan, tetapi apa manfaatnya bagi masyarakat? Telur palsu, beras plastik, dan sebagainya, hanya membuat masyarakat panik dan merugikan banyak pihak.
Dalam acara tersebut, Banyumurti memaparkan bagaimana cara menyusun blog. Desain, fitur dan yang tak kalah penting yaitu konten. Konten blog yang baik adalah yang dibutuhkan oleh masyarakat dan kita senang saat menulisnya.
"Jangan ngeblog kalau nggak happy." begitu ungkapnya.
Selain itu Banyu juga menjelaskan empat faktor penting dalam menulis di blog, yaitu:
* Listen : Dengarkan apa yang terjadi di masyarakat, apa yang menjadi isu. Maka tulislah itu.
* Focus: Kita harus fokus menulis kategori dalam blog kita, misalnya: kuliner, parenting, pendidikan.
* Consistent: Yang tak kalah penting adalah konsistensi dalam menulis.
* Unique: Kita menjadikan blog kita unik, punya branding yang catchy.
Panelis kedua, Diasma Sandi Swandaru menjelaskan dengan penuh semangat tentang "dakwah Pancasila". Termasuk dalam menulis blog pun, kita jangan melupakan nilai-nilai Pancasila. Sebab menurutnya, Pancasila saat ini sudah mulai hilang dari pelajaran formal sekolah.
Tiba-tiba saya teringat pada sosok seorang pemuda yang wafat 49 tahun yang lalu, Soe Hok-gie. Dia mempertanyakan siapa manusia yang paling Pancasilais dan patriotis? Dia yang kecewa karena teman-teman seperjuangannya ternyata oportunis dengan mengambil jabatan di sisi Pemerintahan yang baru. Maka menurutnya, tidak akan bisa disebut Pancasilais jika seorang aktivis sudah memasuki dunia kekuasaan, sebab mereka akan tidak objektif mengkritik penguasa dengan segala kebijakannya.
Baginya seorang aktivis adalah seperti koboi, yang datang menyelamatkan kekacauan di suatu kota, lalu pergi setelah kota itu damai kembali.
Begini kutipan dari kalimat Soe Hok-gie:
"Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung."
Zaman now begini, zaman ketika hampir semua orang ingin menjadi yang terdepan dalam mereportase suatu peristiwa, sudah seharusnya menjadi blogger yang punya idealisme demi menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Bukan menyebarkan berita bohong dan provokasi.
Jadilah blogger Pancasilais, menulis untuk kebaikan.
#flashbloggingbanten
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tinggalkan komentar di sini, jangan tinggalkan hatimu sembarangan 😁