"Titip anak saya ya Umm..." Kata beberapa wali santriwati sebelum mereka pulang dengan meninggalkan putrinya di pesantren.
Aura keharuan memancar, betapa sedih dan mengharukannya momen ini. Saat orang tua, terutama ibu harus 'berpisah' untuk sementara demi anaknya bisa belajar jauh dari rumah.
Meninggalkan anak di pesantren adalah sesuatu yang berat dirasakan tak hanya oleh orang tua, bagi sang anak berpisah sementara dari rumah adalah ujian yang terasa berat. Setiap hari teringat suasana rumah, rindu ayah-ibu, teman-teman dan tentunya fasilitas yang biasa ada di rumah.
Sedangkan di pesantren, fasilitas itu terbatas. Setiap hari hanya bertemu asrama, masjid, majelis, halaqah, ngaji dan ngaji lagi. Tak ada waktu untuk hang out dengan teman-teman sepermainan. Mungkin membosankan, ya?
Sebagai orang yang diamanahi menjaga mereka di pesantren, saya kadang merasa sedih. Betapa kuatnya anak-anak ini meski jauh dari keluarganya. Makan dan jajan kadangkala kurang, pelajaran juga tak selalu mudah. Mereka menghadapi banyak problematika remaja tapi tidak bisa dekat dengan ayah ibunya.
Maka, sebagai orang tua yang menitipkan anaknya ke pesantren, hendaklah untuk selalu mendoakan anak-anaknya. Menitipkan anak tidak bersifat mutlak, sebab pendidikan utama adalah dari dalam rumahnya. Bagaimana anak belajar kemandirian, keterampilan dasar dll sebenarnya adalah tugas orang tua sebelum anak masuk pesantren.
Jika orang tua dan pengasuh serta guru di pesantren bekerja sama dengan baik, insya Allah anak pun akan menjadi lebih baik...
#bloggerbanten
Saya akan bilang seperti itu, mungkin sekitar enam tahun lagi, titip.anak saya yah pak ustadz😍
BalasHapus