Cari Blog Ini

Senin, 05 Februari 2018

Tentang Romantis


Saya sedang mencuci labu siam ketika suami pulang dari masjid Ashar ini dan menghampiri saya.

“Sini, Abah mau ngomong. Serius!” Wajahnya tumben gak ada senyum. Bener-bener seriuskah?

Aku digandengnya, mau diajak bicara berdua.
“Di sini aja, di kamar ada anak-anak.” Katanya sambil duduk di ruang tengah. Aku pun ikut duduk di depannya.

“Ya, mau ngomong apa?” Tanyaku sambil masih menggerakkan tangan. Dia menyuruhku diam, jangan melakukan gerakan apapun. Karena ini serius sekali.

Kan jadi takut, mau ngomong apaan sih? Jadi penasaran...

“Ini serius.” Katanya lagi
 “Iya... Serius. Apaan sih?”
Dia menarik napas, lalu ujarnya, “I Love You.”
“Hah? Apa lagi?”
“Udah.”
“Hah?”
“Itu serius tau!”

“Oh.... Iya.” Aku menahan tawa. Dapat ilham dari mana suamiku itu, kok bisa ngomong i love you. Biasanya kan saya yang suka gombalin dia. Hihihi...

Tentang romantis. Saya sudah lupa atau lebih tepatnya gak peduli lagi. Serius. 8 tahun kurang 5 bulan pernikahan, rasanya udah gak merasa penting lagi buat romantis-romantisan. Apa yang lebih penting?

Kasih sayang. Saling mengasihi, saling menyayangi. Di awal-awal sih iya ngarep diromantisin, tapi karena tipe suami cuek aja bukan tipe pujangga yaudah capek lah kalau berharap isi dunia ini adalah romantisme belaka. Yang penting sikapnya baik, sabar, pengertian. Udah cukup.

Awal-awal pernikahan juga masih sering bete tuh kalau nulis status FB jarang dikomentarin. Sekalinya komentar, Cuma “sip” “oke”. Padahal lihat pasutri lain mah kadang kelihatan romantis pisan di FB. Panggilan sayang, foto mesra, hadiah ini itu.

Tapi sekarang mah udah lebih tenang menjalani hidup. Biarin aja rumah tangga orang mau romantis kayak Kahlil Gibran geh sok aja. Mau mesra kayak apaan juga foto-fotonya bodo amatlah, syukurlah mereka bahagia. Semoga bahagia betulan, bukan pencitraan. Hehe.

Setiap keluarga punya standar romantis berbeda-beda. Lagian lah buat rakyat jelata macam saya mah, yang penting hari ini bisa makan. Kan tau sendiri beras sekarang harganya tinggi banget. Biasanya harga 280 ribu itu berasnya enak, eh ini apek bau tengik. Nasib....nasib.....

Belum lagi harga lainnya. Lah, kenapa romantis nyambungnya ke harga perdapuran? Soalnya..... Urusan keuangan ini berhubungan dengan keromantisan. Kalau uang belanja dirasa kurang, yang ada saat digombalin bukannya seneng malah ngamuk.

Karena kalau suasana hati lagi bete, kesel, gak ridho, jangankan diromantisin, diajak jalan-jalan ke bulan aja gak mau. Makanya, penting banget para istri untuk qonaah.
Dapet suami cuek, qonaah.
Dapet uang belanja kurang, qonaah.

Yang penting keluarga tak pernah kehilangan senyum dan tawa. Maka peliharalah kehangatan itu, senyum dan tawa itu, meski bagaimanapun kondisinya. Jika sesekali kau menangis tak apa. Ingatlah bahwa setiap tetes airmata itu, konon kabarnya mengandung racun yang bagus bila dikeluarkan.

Jadi tak apa menangis, asal jangan lupa untuk tersenyum. Terutama kepada suamimu, anak-anakmu, juga dirimu sendiri, juga pada murid-muridmu, teman-temanmu, tukang sayur, tukang konter, penjaga warung pecel, tukang beras, dan tak lupa kasir Alpa dan Indo.
Sekian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tinggalkan komentar di sini, jangan tinggalkan hatimu sembarangan 😁