Sekitar 15
tahun lalu, tahun 1999 kami sangat heboh membincangkan satu topic cerita yang
terjadi. Tentang perusakan diskotik oleh para ulama. Kami saling berbagi
cerita, bagaimana suasana malam itu, para kiai dan ustadz menggerebek diskotik
yang berada di bawah tanah, bangunan atasnya berupa hotel yang tak jauh dari
rumahku. Ya karena hotel itu ada di desa kami..
Dari luar,
hotel itu tampak sepi saja. Ternyata di bawah tanahnya ada diskotik. Para kiai
beramai-ramai dengan penduduk setempat mendatangi tempat itu dan melakukan
pembakaran dan penghancuran diskotik.
Kala itu,
aku masih ingat bagaimana satu kalimat yang menggambarkan bagaimana para kiai
itu bertindak. “para kiai menyingsingkan sarungnya berjalan beramai-ramai
menuju diskotik yang akan dihancurkan itu”. Kalimat ini, hingga detik ini terus
berkesan karena bagiku menggambarkan keheroikan mereka. Ya, kami menganggap
para kiai ini adalah pahlawan sebab berani menghancurkan tempat maksiat.
Suasana kampung
pun memanas, sebab kejadian itu. Aku yang masih sekitar kelas 6 SD hanya mendengar
sana-sini terkait kejadian itu.
Namun sekarang,
15 tahun kemudian, diskotik dan semacamnya tersebar luas bahkan meski sudah
diberitakan di media cetak pun sepertinya para kiai diam saja. Yaaaa, diam. Padahal
kejadian 15 tahun lalu itu tidak banyak yang tahu, alias memang rahasia dan
bawah tanah. Tapi para kiai bisa mengetahuinya dan menghancurkannya, dan kami bangga.
Sekarang,
sudah terang-terangan… dan kalau ada kiai yang merusak diskotik itu pasti bukan
lagi pahlawan. Melainkan anarkis, teroris!
Luar biasa
15 tahun ini media telah menggeser makna sebuah “penghancuran tempat maksiat”
menjadi sebuah anarkisme. Bahkan kiai yang tidak menghancurkan pun tetap
mendapat cap teroris. Oh dunia, sudah begini parahkah engkau? Maksiat terang-terangan
dibiarkan, dan orang yang ingin menghancurkannya disebut teroris….
Dulu di
kampung kami, kalau ada yang berzina itu diarak beramai-ramai… sekarang,
dinikahkan diam-diam dan semua sepakat untuk diam. Kalau ada yang bicara, itu
dipaksa diam karena akan membuka aib.
Kami merindukan
ulama kami yang telah wafat…yang masih memegang kemurnian akidah…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tinggalkan komentar di sini, jangan tinggalkan hatimu sembarangan 😁