Betapa pentingnya sebuah bahasa, karena
bahasa mencerminkan kebudayaan daerah tertentu. Saya menuliskan ini bukan
dengan teori-teori kebahasaan, karena saya gak begitu paham teorinya,
kaidahnya, segala macemnya. Yang akan saya bahas di sini, berdasarkan hasil
diskusi dengan my hubby… bahwa beraneka bahasa itu ternyata luar biasa. Kita batasi
pembahasan kita dalam 4 bahasa aja ya. Kalau kebanyakan, bosen nantinya. Hehe.
Di
antaranya, bahasa Inggris, Indonesia, Arab dan tentu saja bahasa Jawa. Ini bukan
tulisan ilmiah, belum teruji di IPB dan ITB sebab belum melalui tahapan
penyaringan kuman. J
I
Love You. Ini jelas bahasa Inggris. Tapi gimana cara membacanya? Ay lov yu,
kan? Gitu juga You Can Tooth I Pink Sun, silakan dibaca sendiri ya….
Kalau
bahasa Indonesia, yaaa apa adanya. Saya ya dibaca saya. Kamu ya dibaca kamu. Iya
ya dibaca iya. Kecuali orang alay yang udah merusak bahasa. Saya ditulisnya
saiiiaaaa, iya ditulisnya eeeaaaaa. Kamu ditulisnya kamyuu… adoooh please
deeeeh….
Sedangkan
bahasa Jawa, cenderung banyak menggunakan ungkapan. Kiasan. Ada pula kata yang
punya banyak makna. Misalkan, “witing tresno jalaran suko kulino/tumbuh cinta
karena seringnya bertemu”, kemudian kata “garwa” bermakna istri, tetapi garwa
juga memiliki makna tersembunyi dan tidak banyak yang tahu. “Sigaran Nyawa” atau
belahan jiwa. Ketika mendengar istilah ini, saya takjub. Waaah….so sweet banget
sih, disebut belahan jiwa gitu loooh.
Terakhir,
bahasa Arab. Katanya sih bahasa Arab itu susah. Belajar bertahun-tahun lebih
banyak lupanya daripada ingatnya. Terlepas dari encer tidaknya otak orang yang
mempelajarinya, bahasa Arab itu satu-satunya bahasa yang punya sistematika
runut, unik, teratur dan lengkap hanya dengan satu kata dasar. Contohnya aja,
kata dasar “pukul”, itu lengkap banget penjabarannya mulai dari subjek dan
objek pemukulan, kapan waktunya, perintah dan larangan memukul, jumlah orang
yang memukul, laki-laki atau perempuan, itu semuanya punya bentuk yang
berbeda-beda.
Oke,
kita mulai bahas ya satu per satu, dilihat dari bentuk bahasanya dengan
falsafah hidupnya. Tsahh…..
Bahasa
Inggris
Bisa
dibilang, orang Inggris ini orang yang bermuka dua. Di depan bilang begini, di
belakang bilangnya lain. Ya dari bentuk bahasanya itu lho. You dibaca yu, I
dibaca ay. Antara aksara dengan pengucapannya sangat berbeda. ABCDEFG-ei bi si
di ei ef ji- Beda banget kan? Makanya, nggak heran kalau penjajah Inggris itu
suka bermanis muka untuk mendapatkan kepentingannya. Terbukti, umat Islam
terpecah belah karena kelicikannya. Dengan
catatan, tidak semua orang Inggris seperti ini. Kan sudah saya bilang, saya
tidak pakai teori-teori kebahasaan.
Bahasa
Indonesia
Kita semua sudah terbiasa dengan kesamaan
antara tulisan dengan pengucapan. Yaaah kecuali makhluk alay tentu aja. Jadi memang
pada dasarnya masyarakat Indonesia itu apa adanya, jujur. Namun, adanya banyak
gaya bahasa juga bisa memengaruhi karakter seseorang. Ada gaya bahasa litotes
yakni merendah, contohnya: “mampirlah ke gubuk kami” padahal kenyataannya rumah
yang bagus. Personifikasi, ironi dan hiperbola. Kira-kira saat ini manakah yang
sering digunakan masyarakat kita ya? Saya inget dulu sering mempelajari
peribahasa. Peribahasa-peribahasa itu sebenarnya sangat bagus kalau dipahami.
·
Semut di ujung lautan kelihatan, gajah di
pelupuk mata tidak kelihatan.
·
Tong kosong nyaring bunyinya
·
Sebab nila setitik, rusak susu sebelanga.
Namun, entah
ada apa ya sama bangsa kita sekarang ini, kenapa jadi nggak “apa adanya” tapi
malah “ada apanya”. Sebagian besar lebih cinta dunia, pada materi semata. Orang
jadi gila jabatan, gila kekuasaan, bahkan gila beneran saat gagal nyaleg.
Waktu saya
SD, sering sekali belajar tentang Hang Tuah, cerita-cerita Melayu, dsb. Juga
pantun nasihat seperti ini:
Asam kandis
asam gelugu
Ketiga asam
siriang-riang
Menangis di
pintu kubur
Teringat badan
tidak sembahyang.
Eeealaaaah zaman anak SD sekarang, cerita di
buku paketnya malah “Bang Maman dari Kalipasir”, atau “Istri Simpanan”. Gimana nggak
parah moral anak-anak kalau bacaannya model begituan? Jadi menurut saya, bacaan
yang sering dibaca seseorang itu akan memengaruhi perilaku orang tersebut.
Oya, bahasa
Indonesia juga mengenal istilah “ambigu”. Ada yang sama tulisannya tapi beda
pengucapan. Tahu (makanan), tahu (mengerti akan sesuatu). Ada yang sama
pengucapan tapi beda penulisan. Bank (tempat menyimpan uang), bang (panggilan
untuk kakak laki-laki). Juga ada yang sama dalam pengucapan dan penulisan,
contohnya bisa (dapat), dan bisa (racun).
Ada satu
lagi yang lucu dari bahasa Indonesia.
Masuk-ke
dalam
Naik-ke atas
Turun-ke
bawah
Keluar-ke
luar? Lha kok sama aja keluar?
Kita lanjutin
ke bahasa Jawa nyooook
Bahasa Jawa
Masuk-ning
jero
Naik-ning duhur
Turun-ning
esor
Keluar-metu.
Masyarakat
Jawa, sebagiannya masih percaya hal-hal klenik. Suka takhayul dan gemar
mengait-ngaitkan satu kejadian dengan kejadian lainnya. Garwa, maknanya istri. Namun
tidak cukup sampai di situ, dicarilah makna tersembunyinya yaitu sigaran nyawa.
Singkatnya, orang Jawa suka dengan filosofi. Makanya pernikahan adat Jawa sarat
dengan ritual yang mengandung filosofi. Ritual mandi kembang saat malam midodareni,
harus ayahnya yang menggendong setelah mandi. Lalu ritual lempar sirih,
injak telur, dan sebagainya. Banyak sekali filosofinya.
Karena
itulah, orang Jawa suka bermain kiasan. Yang kadang terdengar puitis. Namun sisi
negatifnya adalah jadi suka ritual yang terkadang nggak masuk akal. Ritual larung
sesaji, supaya nyai roro kidul nggak marah… ritual iring-iringan kyai Slamet
pada Muharaman, dan banyak lagi lainnya. Padahal, tak perlulah mencari ada
makna apa yang “di luar nalar” tersebut. Tak perlu berlebihan dalam mencari
makna tersembunyi itu….
Bahasa
Jawa juga masih terpengaruh budaya kasta, karena ada tingkatan bahasa mulai
dari paling halus hingga paling kasar. Kepada yang sebaya kita bisa bicara dengan
tingkat bahasa paling kasar, tapi kalau kepada yang lebih tua jangan coba-coba
kalau nggak mau dijitak. Yaaaah. Kenapa hanya kepada yang lebih tua saja kita
diharuskan berbicara dengan bahasa halus tapi kepada yang sebaya atau lebih
muda tidak diharuskan?
Bahasa
Arab
Terlepas dari dalil dan keutamaan
mempelajari bahasa Arab, saya akan mengulas sesuatu yang bukan berdasarkan
teori, jadi bisa banget untuk salah….hehe
Kalau
belajar tashrifan kita mungkin ingat dengan wazan –nashoro-nashoroo-nashoruu,
atau huwa-huma-hum-hiya-huma-hunna-anta-antuma
antum-anti-antuma-antunna-ana-nahnu.
Jadi
bahasa Arab ini paling sistematis dalam mengubah satu kata dasar menjadi
berbagai macam bentuk. Mulai dari subjeknya, objeknya, keterangan tempat, keterangan
waktu, keterangan alat, jangan melakukan, lakukan, kata ganti yang super
lengkap melebihi they we are you. Iya, dalam bahasa Arab itu subjek bisa
berbeda berdasarkan jenis kelaminnya…. Kalau nggak percaya, coba deh buka buku
panduan bahasa Arab, terutama bagian shorof maka akan ditemukan pola kata yang
lengkap, teratur, sesuai dengan subjeknya (kata ganti berbeda, maka bentuk kata
jadi berbeda).
Contoh:
Kamu membuka (bahasa Indonesia kan begini aja)
Bahasa Arab bisa banyak bentuknya:
Dia membuka—yaftahu
Dia (dua orang) membuka—yaftahaani
Mereka (laki-laki) membuka—yaftahuuna
Mereka (perempuan) membuka—yaftahna
Kamu (laki-laki) membuka—taftahu
Kamu (dua orang laki-laki) membuka—taftahaani
Kalian (laki-laki) membuka—taftahuuna
Kamu (perempuan)membuka—taftahiina
Kamu (dua orang perempuan) membuka—taftahaani
Kalian (perempuan) membuka—taftahna
Saya membuka—aftahu
Kami membuka—naftahu
Bukalah!—iftah-iftahaa-iftahuu (laki-laki)
Iftahii-iftahaa-iftahna (perempuan)
Subhanallah…..begitu
lengkap penjabarannya, hanya dari kata ganti. Sedangkan, kata dasar “fataha/buka”,
juga bisa dibentuk menjadi:
Maftahun—tempat untuk membuka
Miftahun—alat untuk membuka
Faatihun—orang yang membuka
Bener
sih, belajar bahasa Arab itu banyak banget aturannya. Melebihi grammarnya
bahasa Inggris. Namun, kesan yang saya dapat terhadap bahasa Arab ini adalah:
·
Bahasa Arab itu teratur, menyeluruh…
begitulah agama Islam. Teratur dan menyeluruh, dari hal terkecil sampai yang
terbesar. Semua ada polanya, ada tata caranya yang nggak bisa sembarangan kita
buat.
·
Bahasa Arab itu separuh dari agama Islam,
sebab alQuran sebagai kitab sucinya berbahasa Arab. Bagaimana kita akan
mengerti kitab suci kita kalau nggak mempelajari bahasa Arabnya?
·
Bahasa Arab itu disiplin. Ketat polanya,
tapi fleksibel. Begitu pula contoh hukum syaranya. Sholat, peraturannya ketat. Kalau
nggak sholat, berarti dia berdosa. Namun juga fleksibel. Kita bisa
mengerjakannya tidak selalu pada awal waktu meskipun di awal waktu itu lebih
utama. Setidaknya kita punya waktu sampai menjelang ashar jika kita nggak bisa
sholat zuhur di awal waktu banget. Tentu aja berbeda pahalanya. Kita juga tetep
wajib sholat meski kita sakit berat. Bisa sambil duduk, berbaring bahkan hanya
dengan isyarat mata juga boleh…. Dan kalau sedang bepergian kita bisa menjamak
atau mengqoshornya. Yang penting tetap dilakukan dan akan dikasih keringanan
gituuu…
Masih banyak
hikmah bahasa yang belum bisa dibahas semuanya. Khususnya bahasa Arab, kalau kita
mempelajarinya maka berpahala lho…dan mencerminkan kebudayaan di baliknya. Yah,
meski umat islam saat ini jauh dari keteraturan seperti halnya bahasa Arab,
sangat bisa jadi itu karena umat islam yang mayoritas di negri ini lebih suka
bahasa inggris dan Korea, atau malah bahasa alay daripada bahasa Arab. Hehe…
Oleh karena
itu, bacalah! Bacalah! Bacalah! Lalu bangun dan berilah peringatan! Begitu kan?
Sungguh begitu banyak inspirasi bertebaran di dunia ini. Maka bukalah mata,
pikran dan hati untuk lebih menikmati indahnya dunia ini. Menikmati lalu
mengubahnya menjadi lebih berarti.
Dan ini sih
bukan teori, Cuma renungan semata…. Sama sekali nggak bermaksud SARA apalagi
menghina bahasa. Karena beragamnya bahasa itu juga karunia Allah yang harus
kita syukuri. oke? J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tinggalkan komentar di sini, jangan tinggalkan hatimu sembarangan 😁