1.
Deg-degan lah yaaa pastinya, saat pertama kali ketemu sama pangeran
ganteng (ihiiiiirrr), yang dengan jantannya melamarku dan menjadikanku
istrinya. Assseeek... Bukan sebagai pacar apalagi TTM (Teman Teh Manis, uuupsss
Teman Tapi Mesra). Yah malam Jumat itu, adalah malam akad nikah kami.
Gue lihat, dia memakai baju koko warna coklat. Sarung kotak-kotak,
kopiah putih dan sorban hijau di lehernya seperti syal. Dan itu lho,
kacamatanya yang bikin dia kelihatan lebih cerdas dan menambah aura
kegantengannya.
Bukan maksud gue melihat lelaki dari segi fisik belaka. Gue malahan
baru ketemu sama dia pas acara lamaran. Itu ceritanya yaaa karena dia ngefans
kali sama tulisan-tulisan gue di blog (mungkin lhooo yaaaa), atau mungkin dia
mimpi apa gitu yang mengilhamkan dirinya datang ke rumah gue. Mungkin pula, dia
nggak sengaja melangkahkan kakinya sampai di depan pintu rumah gue terus begitu
ketok pintu... kreeeek....
“Ya, ada apa?” tanya bokap gue yang membukakan pintu.
“Permisi Pak, saya mau tanya. Apakah Bapak punya anak perempuan?”
tanya dia.
“Punya. Satu doang. Memangnya ada apa? Kamu mau melamarnya?
Kebetulan tuh, ada di dalam. Kasihan dia, tak ada satu pun pria mau dengannya.”
“Baiklah kalau begitu, saya melamar dia saja Pak.”
Hah? Segitu parahnyakah gue, sampai ada pria nyasar ke rumah pun
langsung diterima menjadi menantu bokap gue? Hiks hiksss....
Seterusnya, waktu ketemu pertama itu. Dia diam saja. Menyapa gue
aja nggak! Ngucapin salam kenal, say hello aja nggak! Apalagi mau bacain puisi
atau nyanyi lagu dangdutnya Bang Haji Rhoma, boro-boro! Jadi ya sebagai
perempuan baik-baik dan tidak sombong serta rajin cuci WC, gue diam juga. Gak
mungkin kaaaan gue ajak dia makan somay di kecamatan? Apalagi ngajak dia balap
makan kerupuk.
Sepanjang pertemuan itu, yang banyak ngobrol ya keluarga kami.
Sementara kami cukup sebagai pendengar saja. Kadang curi-curi pandang sih
(boleh kan nadhor? Supaya menemukan kecenderungan agar semakin kuat niat untuk
menikah dengannya. Rasulullah juga menganjurkan hal ini kan? Asal jangan
meolototin aja. Malu tahuuuuu)
Dan, terjadilah malam pernikahan kami ini. Ya ampuuuunn, aku baru
saja selesai shalat Isya saat rombongan mempelai pria datang. Kami memang
merencanakan nikah siri (nikah tanpa dicatat KUA) pada malam harinya, dan besok
pagi kami mencatatkan nikah kami dengan mengundang bapak petugas KUA.
“Waduh! Gimana nih? Gue belum siap-siap.” Gue bingung. Akhirnya
yaaa pakai baju ungu yang udah gue siapin untuk nikah, dengan hiasaan
payet-payet dan kerudung hitam biasa. Mana sempat deh pakai kerudung style
zaman sekarang yang lilitannya ada di mana-mana. Lagian juga kagak syar’i....
Gue buka pintu kamar pelan, dan berusaha bersikap biasa aja dengan
menyalami para tamu yang ada di ruang tengah tempat akad nikah ntar. Gue
salamin hampir semuanya, dan pas di depan sang calon suami....heeeuuu gue
langsung kabur! Kagak jadi salam dan sapa. Beneran grogi sampai kelihatan gitu
saltingnya, dan ngacir ke dapur. Nggak lama kemudian, akad nikah dimulai. Gue
dengerin suaranya dari balik dinding.
“Saya terima nikahnya dan kawinnya.....” gitu deh seterusnya dia
latihan di depan penghulu.
“Oya, maharnya apa?” tanya penghulu.
“Maharnya, kitab tafsir Ibnu Katsir dan hafalan al-Qur’an.”
“Sebaiknya, mahar itu berupa uang atau barang berharga yang bisa
dijual. Jangan itu.”
Gak lama kemudian dia nawarin maharnya uang 300 ribu.
“Apakah Yuni bersedia dengan mahar segitu?” tanya suara dari dalam.
Gue sih pengennya uang satu milyar, atau gunung emas kayak di Papua
gitu, tapi kata Rasul, wanita yang maharnya sedikit (artinya gak memberatkan
mempelai pria) maka dia adalah wanita yang penuh barokah. Maka gue terima aja,
daripada ntar kelamaan. Heeee.
Sah! Sah! Gak lama kemudian terdengar kata itu. Gue disuruh masuk
untuk salaman sama suami gue. Apaaah?! Suami? Masya Allah cepat sekali status
gue berubah. Ish ish, ntar update status di Facebook yah: Married gitu yaaa.
Sip!
Tangannya gue cium. Kami berdoa bersama, terus yaaaa. Udah ah!
Intinya gue jatuh cinta pertama kalinya sama tuh lelaki. Namanya: Tri. Kelak
kupanggil dia: Aa.
Hehe....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tinggalkan komentar di sini, jangan tinggalkan hatimu sembarangan 😁