Bisnis pelacuran kini sudah merambah ke kalangan pelajar, SMA bahkan
SMP. Pelajar yang tugas utamanya adalah belajar, justru menjual diri mereka
agar bisa mendapatkan uang dengan cara mudah.
Baru-baru ini seorang
remaja di Serang menjual dua temannya sendiri. Mereka berdua rela menjual
dirinya dengan alasan untuk membayar biaya UN. Memang masalah ekonomi sering
dijadikan sebagai kambing hitam untuk melegalisasikan perbuatan nista mereka.
Dengan tarif yang cukup menggiurkan, tanpa bekerja keras sudah bisa mengantongi
rupiah.
Inilah kenyataan yang
terjadi dan sangat membuat hari miris. Para pelajar ini tak lagi berorientasi
untuk mengejar prestasi dan memperbagus diri dengan akhlak dan budi, melainkan
lebih memilih bekerja mencari uang meskipun harus kehilangan kehormatan diri
dan keluarganya. Tak malu-malu lagi, ada di antaranya yang menjadi mucikari,
tega menjual teman-temannya sendiri untuk mengeruk keuntungan yang
berlipat-lipat.
Potret Buram
Pendidikan
Kasus seks bebas di kalangan pelajar
sebenarnya bukan hal yang baru. Kasus demi kasus terus bermunculan, mulai dari
tersebarnya video mesum, maraknya pelacuran via internet, menjadi mucikari dan
yang heboh juga adalah fenomena cabe-cabean hingga menular sampai ke SD. Jelas
ini adalah bencana besar bagi bangsa ini. Tatkala para pelajarnya lebih senang
dengan hal-hal cabul, mengesampingkan apa yang menjadi ajaran agama dan nilai
social tentu kehancuranlah baginya.
Negara-negara maju
sudah menciptakan senjata yang canggih, menemukan penemuan terbaru yang hebat
di bidang teknologi, akan tetapi remaja di negeri ini terus memenuhi otak
mereka dengan hal-hal berbau seks.
Kita patut bertanya,
sebenarnya apa peran pendidikan yang selama ini dienyam? Kita meti introspeksi
diri, apa yang sudah kita ajarkan kepada anak-anak kita tentang moral dan
agama? Pendidikan yang dimaksud tidak hanya pendidikan formal di sekolah,
tetapi yang terpenting adalah pendidikan dalam keluarga. Bagaimana ayah dan ibu
menanamkan iman dalam diri anak, menumbuhkan rasa malu terhadap lawan jenis,
dan menghiasi mereka dengan akhlak mulia.
Bukan sekadar
memotivasi mereka agar berprestasi dalam bidang akademik semata. Lebih dari
itu, karakter seorang muslim perlu ditumbuhkan dan dijaga. Agar tidak menjadi
remaja yang bingung, yang dengan alasan mencari jati diri lantas merusak diri
dengan menjual dirinya.
Pendidikan Seks dalam Islam
Islam menganggap seks adalah salah satu
bagian dari naluri manusia normal. Naluri untuk mempertahankan jenisnya. Seks
dipandang sebagai sesuatu yang sakral dan bernilai ibadah tatkala dilakukan
oleh pasangan suami istri yang mengharap pahala dari sisi Allah swt. Bukan
untuk coba-coba di antara sesama teman, dianggap sebagai sebuah permainan
belaka.
Seks bila dilakukan
oleh pasangan suami istri yang sah akan mendatangkan pahala, sebaliknya bila
dilakukan oleh pasangan yang tanpa ikatan pernikahan justru merupakan dosa
besar yang dimurkai Allah swt.
Jiwa-jiwa para remaja
perlu dibenahi. Bahkan sejak dini mereka seharusnya mendapatkan pendidikan yang
baik, pendidikan yang tidak hanya baca tulis dan hitung. Namun mengajarkan
kepada mereka keimanan, juga rasa takut kepada Allah swt, bahwa apapun yang
kita lakukan suatu saat kelak akan dimintai pertanggungjawaban.
Oleh karena itu
selayaknya para orang tua memerhatikan betul perkembangan putra-putrinya,
mengawasi pergaulannya, dan terus mendidiknya dengan agama sebagai benteng
pertama dan utama dalam dirinya. Masyarakat pun berperan serta dalam mengontrol
perilakunya. Semua saling bekerja sama dalam memperbaiki kondisi masyarakatnya.
Berikutnya Negara juga
lebih penting lagi dalam menjaga moral rakyat, memberi teladan yang baik.
Membatasi tayangan di televisi yang bisa merusak. Memberantas pornografi dan
menutup semua lokalisasi pelacuran. Memusnahkan pabrik miras. Mensterilkan
internet dari situs-situs porno dan hanya menayangkan tayangan edukasi maupun
siraman rohani. Karena negeri ini krisis iman dan krisis rasa malu. Ketika rasa
malu hilang, maka hilanglah keimanan dan rusaklah generasi.