Cari Blog Ini

Selasa, 29 November 2016

Jangan Jadi Istri Kufur



Seorang ibu bercerita tentang anaknya, lalu ceritanya mulai ke arah dirinya semasa masih bekerja. Menurutnya, saat masih bekerja dia bisa menghasilkan uang yang lumayan untuk bantu2 suami. Namun ketika suaminya melarangnya bekerja untuk fokus di rumah, dia pun bersedih dan menyesal. Ada beberapa tawaran bekerja dari tetangganya tapi gajinya kecil maka ia menolaknya. “Kerjanya capek, nungguinnya sebulan, gajinya Cuma segitu. Buat beli sabun aja gak keliatan.”
Sy sepakat tentang harga yang semakin gila. Uang 50ribu dibawa masuk mart-mart paling dapat sabun dan minyak. Gak kerasa. Namun, sambil terus mendengarkan dia bercerita, tiba2 sy terperenyak.
“Astaghfirullah... Memang harga2 sekarang mahal semua. Tapi, khawatir jika keluh kesah itu berlanjut, akan membuat kita para istri tidak bersyukur atas rizki yg didapat suami.”.
Sy sering bingung menjinakkan uang, agar jangan sampai lepas kendali. Harga semua kebutuhan terus naik, bikin resah dan gelisah menunggu di sini di sudut sekolah.. Aihhh nyanyi!
“Karena skrg sy gak kerja, jadinya begini. Susah. Kerjaan suami gak jelas, sy jualan juga banyak ruginya.” Lanjutnya.
Mendadak sy jadi sedih dan kasihan sama suaminya. Mbrabak mata saya. Keinget sama suami sy sendiri. Suami udah susah cari nafkah buat istri dan anaknya, tapi istrinya ngeluh terus. Menganggap dirinya berjasa besar kalau bisa punya penghasilan sendiri. Bahkan mungkin lebih besar dr pendapatan suami. Jauhkan sy dr sikap kufur nikmat ya Allah..

#selfreminder
Yuni Astuti

Rabu, 23 November 2016

NHW #6

NHW #6
Belajar Menjadi Manajer Keluarga Handal
1) 3 aktivitas yang paling penting:
a) Mendidik Anak
b) ODOJ
c) Merapikan rumah
3 aktivitas yang paling tidak penting:
a) Online
b) Nonton TV
c) Tidur
2) Anehnya, waktu saya selama ini habis untuk kegiatan yang mana? Tidak jelas juga. Menemani anak bermain, tapi sambil menjaga bayi yang selalu butuh ASI kapan saja dia mau. Bahkan, kadang (atau malah seringnya) sampai saya ketiduran. Aktivitas yang sangat tidak penting malah menghabiskan waktu saya. Sungguh tragis.
3) Insya Allah. Mulai sekarang harus lebih konsisten lagi agar jangan melakukan hal-hal yang tidak penting di waktu yang penting.
4) Aktivitas rutin dikumpulkan dalam satu waktu. Urusan mencuci dari jam 08.00-09.00. bersih-bersih rumah dari jam 15.00-16.00
5) Insya Allah.
6) Jadwal harian:
Jenis kegiatan Terlaksana  / Tidak Terlaksana X
ODOJ
Sholat Dhuha
Menyiapkan sarapan
Antar anak sekolah
Mencuci
Memberi ASI
Menemani anak bermain
Tidur
Baca buku
Persiapan sekolah TPA
Menunggu anak di TPA
persiapan solat dan makan
Mendongeng sebelum tidur
Relax Time: Nulis
Tidur

7) Insya Allah akan saya amati

Jumat, 18 November 2016

NHW #5

NHW #5 kali ini cukup membuat saya merenung lama. Sebenarnya, metode pembelajaran yang “gue banget” itu yang seperti apa?
Yah, mau tidak mau harus saya tulis juga. Baiklah, meskipun sederhana, tetap akan saya tulis.
Saya suka menulis. Maka saya fokuskan di bidang ini.
Bagaimana cara belajar saya?
Sebenarnya, pola pembelajaran itu sudah sejak kecil terbentuk.
Yakni:
1. Membaca: buku pelajaran, novel, majalah, koran, dll
2. Menyalin: menuliskan kembali apa yang sudah saya baca. Meringkas dan mengambil poin pentingnya.
3. Berlatih menulis. Ini sudah pasti ya. Lagipula, setiap menulis saya gembira sekali.
4. Nonton film. Ya, saya suka nonton dan menganalisa alur serta konfliknya. Suatu saat saya berharap bisa membuat skenario film yang bagus.
Nah, soal waktunya, saya hanya bisa menulis saat malam hari. Ketika anak-anak sudah tidur. Karena siang hari saya disibukkan dengan kegiatan emak-emak. Mencuci, nyapu, mengurus anak dll.

Secara alamiah, saya menularkan kegemaran membaca ini kepada anak. Sebelum tidur saya ceritakan kepadanya kisah-kisah. Secara rutin pula saya ajak mereka ke perpustakaan untuk membaca dan meminjam buku. Semoga mereka terbiasa dengan suasana perpustakaan. Dan secara alamiah jadi suka menulis juga, itu harapan saya. Tapi tidak memaksa.

Sekiranya itu saja dulu.

Kamis, 10 November 2016

NHW #4 Mendidik dengan Kekuatan Fitrah

NHW #4
a. Sampai sekarang, saya tetap pada passion saya. Tidak ingin mengubahnya.
b. Sudah lebih baik. Saya mulai lebih rapi dan rajin. Kalau biasanya menyetrika seminggu sekali, sekarang jadi seminggu tiga kali. Sedikit demi sedikit checklist itu bisa diikuti.
c. Saya ingin menjadi seorang ibu yang bisa tetap menjadi diri sendiri. Saya suka menulis, maka saya akan menulis buku yang bisa mencerahkan orang lain. Semoga bisa menjadi amal yang tiada terputus bagi saya kelak.
Misi hidup: menginspirasi orang lain untuk berbuat baik
Bidang: menulis
Peran: Penulis
d. Ilmu yang harus dipelajari adalah ilmu kepenulisan, serta ilmu lainnya yang berhubungan dengan tema tulisan.
e. Saya akan menetapkan milestone dalam 1 tahun saya harus bisa menulis minimal 1 buku.
f. Dengan begitu, maka saya harus menambah jam terbang. Menulis minim selama 1 jam/hari.


Kamis, 03 November 2016

NHW #3

NHW #3
1. Surat cinta. Sudah lama aku tak menulisnya. Dulu pernah kuberikan pada suamiku surat cinta, tapi responnya datar saja. Yowis... Suamiku memang tipe plegmatis, tak banyak ekspresi. Datar dan damai sentosa saja. Marah juga hampir tak pernah. Yang penting rumah tangga ayem tentrem. Nah kali ini kubuat lagi surat cinta sepanjang satu halaman saja. Dan yaaa mimik wajahnya datar saja, bahkan bacanya cepet banget biar segera selesai. Trus Cuma ngacungin jempol. Abang Sayang, ini bukan status FB ya... Jadi gak butuh like. Lalu dibalasnya di bawah surat itu. Dua huruf dengan satu tanda baca, yaitu: OK!. Hmmm..... Abang, daku sudah menulis panjang ya masa dibalasnya Cuma segituuu? Lalu, diralatlah. Setelah cukup lama menulis katanya saya tak boleh komentar. Apapun itu. Okelah... Dan balasannya adalah:
“wa’aasyiruuhunna bil ma’ruuf. Fain karihtumuuhunna fa’asaa an tukrihu syai’an wa yaj’alallahu khoiron katsiro”.
Sayang, terima kasih karena menjadi suamiku. Aku bahagia. Mungkin engkau tak romantis, mungkin tak pandai merayu, tapi... Perlakuan baikmu selama ini sudah lebih dari cukup. Ketika engkau ridho, engkau sangat baik. Ketika engkau marah, diriku tak pernah kausakiti, meski hanya seujung kuku. Bahkan marahmu selama 7 tahun pernikahan ini bisa dihitung denga jari. Terima kasih telah menerimaku menjadi istrimu, dengan segala kekuranganku.
2. Anak-anakku, 3 orang putra dengan karakter yang berbeda jauh. Fatih, 6 tahun, sosok kakak yang sayang pada adik-adiknya meski kadang usil. Namun begitu perhatian dan tahu betul apa yang disukai adiknya. Fatih sangat aktif, kegiatannya bersifat fisik. Lari, lompat, manjat, nyebur ke air, itu total. Full ekspresi. Tak ada yang dia takuti. Dia suka tantangan. Tak peduli bahaya. Makanya dia yang paling banyak terluka. Jatuh, berdarah, lecet dll. Fatih suka dibacakan cerita. Suka kisah-kisah meski belum pandai membaca. Tapi dia juga sensitif, mudah tersinggung...
Thoriq, 4 tahun, kebalikan dari Fatih. Dia penuh perhitungan. Lebih kalem, tak banyak bergerak. Makanya badannya sedikit lebih berisi dari Fatih. Karena setelah makan, dia suka leyeh-leyeh bahkan tidur. Adapun dia jadi aktif, karena mengikuti ritme bermain Fatih. Dia takut mencoba hal baru, pemalu di tempat baru, temannya tidak banyak. Tapi dia kepala batu. Sungguh keras kemauannya, sulit kompromi tak seperti Fatih. Thoriq lebih memilih nangis kejer jika permintaannya tidak dituruti. Karena itu kepada Thoriq, saya sedikit lebih lunak. Oya, kalau sedang lapar, Thoriq seperti saya. Rese. “lo bukan lo kalo lagi laper” itu benar rasanya. Dia bisa nangis sambil teriak lapar. Setelah kenyang, sungguh manis sikapnya.
Kholid, 1,5 tahun, dia mirip Fatih. Tak takut mencoba hal baru. Wajahnya pun sangat mirip Fatih. Tapi dia lebih ceria, mudah meniru kata-kata meskipun baru sekali diucapkan. Akan bagus untuk menghafal Quran.
3. Apa kekuatan potensi saya? Dalam urusa domestik, saya tak begitu pandai, ya standar sajalah. Namun ada sih rasanya kekuatan itu, yaitu manajemen waktu. Saya tidak suka telat, maka supaya bisa on time, saya harus tepat memprediksikan semuanya mulai dari persiapan, dan di perjalanan. Inilah yang suami saya kurang. Suka ngaret. Maka, alangkah bagusnya kalau saya bisa melengkapi kekurangannya.
4. Tak ada yang kebetulan mengapa keluarga saya ada di sini. Kami masih tinggal di rumah ibu saya. Saya ingin tinggal di tempat sendiri, hanya keluarga inti. Namun, ibu saya ingin agar kami tinggal di sini. Untuk sementara ini, mungkin supaya kami bisa menemani ibu saya yang sendiri sejak 3 tahun lalu ditinggal almarhum bapak saya...